Stabilitas Politik di Vietnam Menarik Wisatawan di Tengah Tantangan Regional
Hanoi, Suarathailand- Vietnam diperkirakan akan menyambut 22 juta wisatawan tahun ini, setelah pulih sepenuhnya dari pandemi, didorong oleh stabilitas politik dan melemahnya mata uang dong. Sementara itu, Thailand bergulat dengan sengketa perbatasan dengan Kamboja dan dampak penguatan baht, yang memengaruhi sektor pariwisatanya.

Nikkei Asia melaporkan Vietnam diperkirakan akan menyambut lebih dari 22 juta wisatawan tahun ini, melampaui tingkat sebelum COVID-19. Pendorong utama di balik pertumbuhan ini adalah peningkatan signifikan jumlah wisatawan dari Tiongkok.
Pemerintah Vietnam telah menetapkan target ambisius sebesar 25 juta wisatawan untuk tahun 2025, sementara BMI (Fitch Solutions) memperkirakan 22 juta. BMI yakin bahwa pada tahun 2028, jumlah wisatawan Vietnam akan melampaui rekor sebelum COVID sebesar 18 juta yang dicapai pada tahun 2019, yang menunjukkan pemulihan sektor pariwisata negara tersebut yang hampir sepenuhnya.

Stabilitas Politik di Vietnam Menarik Wisatawan di Tengah Tantangan Regional
Salah satu alasan utama wisatawan memilih Vietnam adalah stabilitas politiknya, dengan negara yang diperintah oleh satu partai politik. Hal ini berbeda dengan negara-negara tetangga di kawasan ini, seperti Thailand dan Kamboja, yang masih bergulat dengan sengketa perbatasan yang berkepanjangan. Indonesia juga masih menghadapi dampak protes, meskipun lebih dari dua bulan telah berlalu.
Selain itu, pemerintah Vietnam telah secara aktif mendukung sektor pariwisata dengan memperluas akses bebas visa bagi warga negara dari 12 negara. Daya tarik utama bagi wisatawan meliputi mencicipi kuliner lokal, menjelajahi sejarah perang, mengunjungi pulau-pulau indah, dan menemukan beberapa gua terbesar di dunia.

Tiongkok Memimpin Pariwisata ke Vietnam
Brandon Msimanga, Wakil Direktur di BMI, mengatakan kepada Nikkei Asia bahwa Vietnam kini telah menjadi tujuan nomor satu bagi wisatawan Tiongkok daratan, melampaui Thailand. Pergeseran ini dapat dikaitkan dengan dua faktor utama:
Wisatawan Tiongkok semakin khawatir tentang keamanan di Thailand.
Konsumen Tiongkok lebih berhati-hati dalam berbelanja, dan kedekatan geografis Vietnam menawarkan biaya perjalanan yang lebih rendah.
Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa Vietnam menerima 17 juta pengunjung hingga Oktober, dengan 4 juta berasal dari Tiongkok. Pergeseran dari Thailand ke Vietnam sebagian dapat dikaitkan dengan penculikan seorang aktor Tiongkok di Thailand pada Januari 2025, yang merusak kepercayaan dan menyebabkan wisatawan mengubah rencana perjalanan mereka ke Vietnam.
Vietnam telah memperoleh keunggulan kompetitif di bidang pariwisata karena strateginya membiarkan dong terdepresiasi, membuat perjalanan ke negara tersebut lebih terjangkau dan merangsang pariwisata.
Di sisi lain, Thailand menghadapi tantangan akibat penguatan baht Thailand, yang berdampak negatif pada berbagai sektor, termasuk daya tarik investasi, ekspor, dan kedatangan wisatawan internasional.
Pengeluaran Wisatawan Mendorong Pertumbuhan Ritel yang Kuat
Masuknya wisatawan internasional diperkirakan akan mendorong dan merangsang sektor ritel Vietnam. BMI memperkirakan bahwa sejak Agustus hingga saat ini, industri ritel telah tumbuh sebesar 6,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh pariwisata, dengan pendapatan terkait pariwisata meningkat sebesar 48,4% dalam delapan bulan pertama tahun ini.
Analisis data penjualan ritel sejak 2019 menunjukkan bahwa penjualan ritel Vietnam telah pulih dengan kuat, hampir mencapai tingkat pra-pandemi, seolah-olah pandemi tidak pernah terjadi. Namun, tingkat inflasi masih mencerminkan beberapa dampak yang masih ada.
Perusahaan Besar Memanfaatkan Peluang di Tengah Ledakan Pariwisata Vietnam
Film dan video musik, seperti "A Tourist’s Guide to Love" dari Netflix dan "Love in Vietnam" dari Bollywood, beserta video-video viral di YouTube, telah membantu mempromosikan budaya dan lanskap Vietnam, memicu minat dan daya tarik di kalangan wisatawan internasional.
Perusahaan-perusahaan domestik besar memanfaatkan peluang bisnis ini, seperti Saigon Tourist dan Vinpearl, anak perusahaan Vingroup, yang ingin meraih keuntungan dari tren yang sedang berkembang ini. Baru-baru ini, Sun Group, sebuah perusahaan real estat besar, meluncurkan maskapainya sendiri yang berfokus pada penerbangan ke Pulau Phu Quoc.
Daya Tarik Global Vietnam Meningkat Berkat Acara-Acara Besar
Tahun ini, Vietnam telah mendapatkan perhatian internasional yang signifikan karena beberapa acara penting:
-Peringatan 50 tahun berakhirnya Perang Vietnam.
-Peringatan 80 tahun deklarasi kemerdekaan Vietnam.
Perjanjian dagang dengan Presiden Donald Trump, meskipun beberapa detail perjanjian tersebut masih belum jelas. Salah satu proyek besar yang sedang direncanakan adalah pembangunan lapangan golf di dekat Hanoi. Namun, industri pariwisata Vietnam masih menghadapi tantangan, terutama akibat bencana alam. Pada bulan Juli, sebuah kapal wisata tenggelam di Teluk Ha Long, situs Warisan Dunia UNESCO, akibat topan, yang mengakibatkan setidaknya 38 korban jiwa.
Thanapol Chiwaratnaporn, Presiden Asosiasi Pariwisata Bisnis Thailand (ATTA), menyatakan bahwa proyeksi untuk tahun 2025 menunjukkan bahwa Thailand akan menerima 32 juta wisatawan internasional, lebih rendah dari target pemerintah sebesar 34 juta dan di bawah rekor tahun 2024 sebesar 35,54 juta.




