Thailand Luncurkan Tahun Budaya ASEAN 2019

Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha pada bulan ini meluncurkan Tahun Budaya ASEAN 2019. PM Prayut juga mengumumkan serangkaian acara budaya 12 bulan yang melibatkan 10 anggota Negara-Negara Asia Tenggara.

Skema promosi ini merupakan bagian dari dorongan “kekuatan lunak” Thailand untuk mendorong solidaritas ekonomi dan politik di suatu wilayah dan mencari potensi perdagangan dengan negara-negara lain di dunia.

“Asean akan memperkuat kerja sama kami di bawah strategi 3M, yakni rasa saling percaya, saling menghormati, dan saling menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama tahun ini demi Kemajuan Kemitraan Keberlanjutan,” kata Prayut.

“Kami akan melangkah maju bersama, tanpa meninggalkan siapa pun, karena kami mengikuti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB tahun 2030. Kami akan mengubah keragaman budaya kami menjadi industri kreatif dan mengubah wilayah kami menjadi Asean 4.0. "

Perwakilan dari negara-negara anggota dan diplomat asing menghadiri peluncuran Tahun Budaya Asean 2019 di Bangkok, Thailand. Acara ini digelar oleh Kementerian Kebudayaan sebagai institusi yang mempromosikan budaya daerah termasuk roadshow Asean dengan tur ke Eropa dan Cina.

Para peserta yang hadiri akan melihat animasi "Rama Avatar" Thailand dan film-film lain dari Asia Tenggara, mencicipi makanan jalanan Asean, menikmati festival boneka, dan melihat pameran "Warisan Asean: Warisan Dunia".

Acara ini juga diwarnai pertunjukan musik band C Asean Consonant. Anggota band ini terdiri dari 10 musisi dari seluruh wilayah ASEAN. Mereka memainkan jnstrumen musik tradisional dari tanah air mereka.

Direktur urusan akademik Pusat Studi Asean Universitas Chulalongkorn University, Piti Srisangnam, mengatakan, “Kita harus menghormati perbedaan dan keanekaragaman budaya. Sebagai anggota Asean, kita harus belajar tentang budaya tetangga kita."

Kisah epik India soal mitologi Hindu selalu memiliki makna yang sangat besar di Asia Tenggara, kata Piti. “Tetapi anggota Asean berbeda mengadaptasi versi unik sesuai budayanya. Tidak ada versi tunggal yang 'benar' dibandingkan dengan yang lain, jadi kami harus menghormati warisan dan interpretasi setiap negara," kata Piti.

Piti memperingatkan bahwa nasionalisme dan patriotisme tidak boleh menjadi faktor dalam menilai manfaat budaya asing, budaya adalah "masalah sensitif".

“Meskipun budaya ASEAN yang kaya dan beragam memberikan modal yang baik untuk membangun masa depan, mengembangkan industri kreatif Asean tidak akan mudah,” katanya. “Dibutuhkan inovasi dan pemasaran yang cerdas untuk memperluas perdagangan. Kami telah berpikir di luar kotak dan memperkenalkan inovasi budaya, yang jarang terjadi di Thailand. ”

Mantan sekretaris tetap Kementerian Kebudayaan Thailand, Apinan Poshayanand, mengatakan untuk mempromosikan kesatuan budaya regional dengan baik, Thailand perlu melakukan lebih dari sekadar menyelenggarakan parade budaya.

Dulyapak Preecharush, seorang sarjana Universitas Thammasat, menyarankan agar Asean memperluas koridor budaya di sepanjang perbatasan negara-negara tetangga dan merumuskan kebijakan 'berbagi manfaat' budaya.

"Berkat kesamaan dalam budaya dan melalui pemahaman yang lebih baik, kami bahkan mungkin berharap untuk mengurangi konflik politik," kata Dulyapak



Share: