Thailand dan Prancis Tingkatkan Kerja Sama Pertahanan Rp90 Triliun

“Thailand saat ini memproduksi empat jenis produk pertahanan: kendaraan lapis baja, kapal perang, kendaraan udara tak berawak (UAV), serta senjata api dan amunisi.”

Para pejabat Thailand dan Prancis mengadakan seminar khusus untuk meningkatkan industri pertahanan kedua negara. Thailand diharapkan membeli produk-produk pertahanan Prancis senilai 200 miliar baht selama dua dekade mendatang.

Menteri Pertahanan Sutin Klungsang dan Duta Besar Perancis untuk Thailand Jean-Claude Poimboeuf membuka Seminar Thailand-Prancis mengenai Industri Pertahanan 2024 di Kantor Menteri Tetap Pertahanan. Acara ini menarik banyak pejabat tingkat tinggi dari lembga-lembaga terkait pertahanan dan 100 pengusaha dari Thailand dan Prancis.

Seminar ini merupakan bagian dari kesepakatan yang dituangkan dalam letter of Intent (LOI) yang ditandatangani bersama oleh Pusat Industri dan Energi Pertahanan Thailand dan badan pengadaan pertahanan Prancis, Direction Generale de l'Armement (DGA), pada tanggal 17 Mei. 

Kesepakatan ini bertujuan menetapkan pedoman dan memfasilitasi pertukaran gagasan untuk mendorong investasi dan menciptakan jaringan antara industri pertahanan Thailand dan Prancis. Upaya ini sejalan dengan tujuan pemerintah Thailand untuk meningkatkan kemampuan negara tersebut dalam memproduksi produk pertahanannya.

Sutin menggarisbawahi bahwa konflik yang sedang berlangsung di Eropa dan Timur Tengah telah menyebabkan banyak negara menghabiskan persediaan alutsista sehingga mengakibatkan peningkatan akumulasi senjata dan investasi di industri pertahanan.

“Thailand saat ini memproduksi empat jenis produk pertahanan: kendaraan lapis baja, kapal perang, kendaraan udara tak berawak (UAV), serta senjata api dan amunisi.”

Sutin mencatat, produk tersebut berpotensi dijual ke negara-negara di ASEAN, Timur Tengah, dan Afrika.

Menteri Pertahanan Thailand mengungkapkan, pemerintah Thailand berencana melakukan pengadaan kendaraan pertahanan, kapal perang, UAV, senjata api, dan amunisi senilai 200 miliar baht (Rp90 triliun). Memproduksi produk-produk ini di dalam negeri dapat menghasilkan pendapatan yang signifikan bagi perekonomian Thailand.

Seminar tersebut merupakan kelanjutan dari pertemuan Perdana Menteri Srettha Thavisin dengan presiden Prancis di Prancis pada bulan Mei dan kunjungan Sutin ke Paris pada bulan Juni untuk pameran Eurosatory 2024, lapor Bangkok Post.

Share: