Santri Kampanyekan Islam Nusantara hingga ke Thailand


Siapa bilang santri hanya identik dengan sarung dan songkok  hitam? Banyak dari mereka yang memberi warna pada kehidupan. Ilmu yang  mereka dapatkan selama mondok jadi kunci keberhasilan. Seperti tiga  santri yang berkesempatan menjalani pertukaran pelajar ke Thailand.

Lantunan Alquran nyaring terdengar di ruang Kepala Madrasah  Tsanawiyah Negeri 8 Kediri. Berasal dari tiga bocah yang ditemani dua  gurunya. Ketiganya tengah melakukan murojaah, mengulang kembali hafalan  ayat suci Alquran.

“Hampir  tiap hari kami melakukan murojaah dengan pengasuh pondok,” ucap  Mochamad Latif. Bocah ini adalah satu di antara tiga santri Ponpes  Miftahul Huda Soko, Kecamatan Pagu, yang studi ke Thailand 27 Agustus –  16 September lalu. Dua lainnya adalah Aqil Yusva Haqqi dan Aileen Nazla  Tiffani.

Ketiganya tak dipilih secara  sembarangan. Tapi melalui proses seleksi dengan sistem gugur. Melewati  tes tulis, wawancara, dan baca tulis Alquran (BTQ).

Hampir sebulan santri asal Kabupaten  Kutai Timur, Kalimantan Timur ini, merasakan pengalaman belajar di  Negeri Gajah Putih. Tepatnya di Saengtham Wittaya Mulniti, Songkhla,  Thailand. “Selama di sana saya bisa berkesempatan memperkenalkan Islam  nusantara,”  aku Latif.

Diakui Latif, Islam nusantara adalah  Islam berkembang di nusantara. Yang punya nilai dan kultur khas  nusantara. Beberapa aktivitas muslim di nusantara dia kampanyekan kepada  muslim di Thailand. Seperti tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), dan  iktidal (berimbang). “Jadi sesuai ajaran yang saya terima di pondok,  kami berusaha kampanyekan sikap moderat, toleran, dan berimbang,”  terangnya.

Aqil Yusva Haqqi punya cerita lain.  Menurutnya, kesempatan di  Thailand dia gunakan sepenuhnya  memperkenalkan kebudayaan Islam nusantara. Seperti budaya al banjari,  diba, manaqib dan istighotsah. “Saya berharap ajaran Islam nusantara ini  bisa diaplikasikan dan memberikan salah satu upaya perdamaian sesama  muslim,” ujar bocah asal Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten ini.

Selama di Thailand, Aqil juga membawa  misi mengaktualisasikan Islam Rahmatan Lilalamin. Menurutnya,  keberagaman dalam beragama di Thailand memiliki nilai toleransi yang  begitu kuat. Terbukti, hampir jarang terjadi konflik SARA. “Kami hanya  ingin memperkenalkan islam yang santun yang membawa kedamaian bagi  seluruh alam,” ujar bocah kelahiran 13 Februari 2007 ini.

Aileen Nazla Tiffani, satu-satunya  santriwati di antara mereka, mengaku selalu teringat salah satu pesan  pengasuhnya di pondok,  Kholilur Rohman. Pria yang juga sebagai salah  satu Waka Humas di MTsN 8 Kediri ini selalu memberikan wejangan untuk  mengaplikasikan keilmuan agama yang ia ajarkan selama di Negara Gajah  Putih.

“Yang selalu saya ingat agar selalu menjaga toleransi antar umat agama,” ujar bocah yang saat ini kelas 8 ini.

Menurutnya, selama di Thailand, ia  bersama tiga santri ponpes Miftahul Huda Soko lainnya selalu berupaya  membangun big design ajaran Islam nusantara. “Kami berharap, apa yang  menjadi nilai dakwah kami selama menimba ilmu di Ponpes Miftahul Huda  Soko dan MTsN 8 Kediri dapat bermanfaat bagi saudara kami di Thailand,”  pungkasnya. (Jawapos)

Share: