Salah Kaprah Memahami Mati Syahid, Apa Sebenarnya Mati Syahid?

Thailand bukan dalam situasi Daarul Harbi, tidak sedang memerangi paham atau ajaran yang beda dengan mayoritas. Thailand justru melindungi perbedaan dalam kerangka multikulturalisme.


Suarathailand- Barisan Revolusi Nasional (BRN) di 3 provinsi perbatasan selatan Thailand mengklaim perlawananya terhadap pemerintah Thailand adalah memperjuangkan agama dengan cara Fi Sabilillah. Klaim ini jelas dibantah oleh pemimpin Agama Islam di Thailand dalam hal ini kantor Chula. Kantor Chula menilai apa yang dipraktikkan gerakan BRN sangat salah menurut prinsip-prinsip agama.

Banyak orang kehilangan nyawa dalam upaya BRN melawan pemerintah. BRN mengklaim para korban tewas yang melawan pemerintah Thailand  dijuluki "Syahid" dan pemakaman mereka diatur dengan gaya pemakaman Mujahidin Syahid. Padahal Thailand bukan situasi Daarul Harbi, tidak sedang memerangi paham atau ajaran yang beda dengan mayoritas.

Akademisi dan masyarakat umum sama-sama telah menyuarakan keraguan yang cukup besar tentang tindakan gerakan BRN, karena perjuangan BRN sebagian besar terkait dengan tren politik, fanatisme etnis, budaya, dan isu-isu lainnya. Tampaknya isu ini bukanlah perjuangan untuk melindungi atau menegakkan keagungan agama. Lebih jauh lagi, isu-isu agama telah digunakan hanya untuk memicu dan mengobarkan semangat perjuangan.

Dan siapa yang akan bertanggung jawab atas jenazah yang dibuang seperti para Mujahidin Syahid? Karena apa yang terjadi masih menjadi bahan kecurigaan...

Agama memiliki perintah berat bagi yang masih hidup (Fardh-Kifayah). Seorang Muqim harus mengurus jenazah setelah kematian dengan empat cara, dimulai dengan memandikan jenazah, membungkusnya, melaksanakan salat Jenazah, dan diakhiri dengan pemakaman.

Namun ketika pengelolaan jenazah didasarkan pada kesalahpahaman, yang mengarah pada pengelolaan jenazah yang salah (seperti seorang syahid, meskipun ia bukan syahid), siapa yang akan menanggung dosa? Kelomponya, pengurus pemakaman, atau semua mu'im yang menerimanya?

BRN sering mengklaim perjuangannya melawan Pemerintah Thailand sebagai jihad dan kematiannya adalah syahid.  Padahal Thailand bukan dalam situasi Daarul Harbi, tidak sedang memerangi paham atau ajaran yang beda dengan mayoritas. Thailand justru melindungi perbedaan dalam kerangka multikulturalisme.


Apa Itu Syahid?

Syahid merupakan istilah yang sering kita dengar dalam Islam, terutama ketika membahas perjuangan di jalan Allah. Namun, apakah Anda benar-benar memahami arti mendalam dari istilah ini? Agar Anda memahami istilan ini dengan baik.

Syahid berasal dari bahasa Arab شَهيد (syahid) yang berarti saksi, sedangkan bentuk jamaknya adalah شُهَداء (syuhada). Dalam konteks agama Islam, syahid merujuk kepada seorang muslim yang meninggal dalam perjuangan di jalan Allah. Hal ini mencakup berbagai bentuk pengorbanan yang dilandasi oleh keikhlasan untuk membela agama, mempertahankan kebenaran, atau melaksanakan tugas mulia demi kemaslahatan umat.


Keutamaan Mati Syahid

Keutamaan mati syahid dalam Islam memiliki derajat yang sangat tinggi, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw. dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Maja, yaituh:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ، وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ، الْيَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنْ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ. 

Artinya: “Orang yang mati syahid di sisi Allah mempunyai enam keutamaan: dosanya akan diampuni sejak awal kematiannya, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dijaga dari siksa kubur, diberi keamanan dari ketakutan besar saat hari kiamat, diberi mahkota kemuliaan, yang satu permatanya lebih baik dari dunia seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari, dan diberi hak untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya.”


Macam-Macam Syahid

Mati syahid tidak hanya terbatas pada orang yang gugur di medan perang. Nabi Muhammad saw. menjelaskan bahwa ada berbagai macam syahid, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Abu Dawud, yaitu:

لشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْهَدْمِ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ، وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدَةٌ

Mati syahid ada tujuh macam selain yang gugur di jalan Allah: orang yang meninggal karena wabah, karena sakit perut, karena tenggelam, karena tertimpa bangunan, karena penyakit lepra, karena terbakar, dan wanita yang meninggal karena melahirkan. 

Dari hadis di atas, mati syahid digolongkan menjadi beberapa bagian, seperti:

1. Meninggal karena Wabah

Meninggal karena wabah dipandang sebagai bentuk kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi ketentuan Allah. Mereka yang bersabar atas penyakit menular yang berbahaya dianggap telah mengorbankan dirinya demi menjaga keselamatan orang lain, terutama ketika mereka mengikuti protokol yang ditetapkan untuk mencegah penyebaran penyakit.


2. Meninggal karena Sakit Perut

Penyakit dalam perut seringkali menyakitkan dan bisa menjadi penyebab kematian yang berat. Rasulullah memberikan kabar gembira bahwa mereka yang meninggal karena sakit dalam perut, seperti penyakit lambung, usus, atau penyakit organ dalam lainnya, tergolong syahid. Hal ini tidak hanya mencakup rasa sakit fisik yang ditanggung tetapi juga kesabaran yang diperlukan dalam menghadapi penyakit tersebut.


3. Meninggal karena Tenggelam

Tenggelam adalah salah satu jenis kematian yang penuh dengan kepanikan dan kesulitan. Mereka yang wafat dalam kondisi ini mendapatkan penghormatan sebagai syuhada karena perjuangan mereka untuk bertahan hidup dalam situasi yang sulit.


4. Meninggal karena Tertimpa Bangunan

Kematian akibat tertimpa reruntuhan bangunan atau kecelakaan berat lainnya juga termasuk kategori syahid. Dalam kehidupan modern, kejadian seperti gempa bumi, longsor, atau keruntuhan bangunan sering kali menimbulkan korban jiwa.


5. Meninggal karena Penyakit Lepra

Penyakit lepra atau penyakit kronis lainnya yang menyebabkan penderitaan berkepanjangan juga termasuk kategori mati syahid. Lepra merupakan penyakit yang tidak hanya menyerang tubuh secara fisik tetapi juga sering kali membuat penderitanya terisolasi secara sosial.


6. Meninggal karena Terbakar

Kematian akibat kebakaran merupakan salah satu bentuk kematian yang sangat menyakitkan. Kebakaran sering kali menyebabkan kematian yang tragis dan penuh penderitaan. Namun, Islam memberikan penghormatan yang tinggi kepada mereka, sebagai bentuk kasih sayang Allah atas kesulitan yang mereka alami di dunia.


7. Wanita yang Meninggal karena Melahirkan

Proses melahirkan merupakan salah satu momen paling berat dalam kehidupan seorang wanita. Mereka yang wafat dalam proses melahirkan dianggap syahidah (wanita yang mati syahid). Hal ini menunjukkan betapa Islam menghargai perjuangan seorang ibu yang mempertaruhkan nyawanya demi menghadirkan kehidupan baru.


8. Orang yang Menuntut Ilmu

Islam memberikan kedudukan yang tinggi kepada mereka yang menuntut ilmu. Nabi Muhammad saw. bersabda:

مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ 

Artinya: “Barangsiapa keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali.”


9. Orang yang Selalu Berdoa agar Mati di Jalan Allah

Tidak hanya mereka yang meninggal di medan perang atau dalam perjuangan fisik, orang yang memiliki niat tulus untuk mati syahid juga mendapat kedudukan mulia. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ مِنْ قَلْبِهِ صَادِقًا بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ 

Artinya: Barangsiapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan jujur dari dalam hatinya, maka Allah akan memberinya pahala syuhada meskipun ia meninggal di atas kasur.’ (HR. Muslim).

Hadis ini menegaskan bahwa keikhlasan niat memiliki pengaruh besar dalam mendapatkan pahala dari Allah. Mereka yang dengan tulus berdoa untuk mati di jalan Allah, meskipun pada akhirnya meninggal dalam keadaan biasa, akan mendapatkan derajat syuhada.


Kesimpulan

Secara garis besar, syahid bukan hanya sekadar perjuangan fisik di medan perang, tetapi juga mencakup perjuangan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti menuntut ilmu, membela kebenaran, atau menghadapi musibah dengan sabar dan ikhlas. Setiap umat Islam tentu berharap dapat meraih kemuliaan ini, dengan tetap menjalani hidup penuh keikhlasan dan amal shaleh.


Share: