Perjanjian sebuah deklarasi bersama, menegaskan kembali komitmen kedua negara untuk menyelesaikan sengketa perbatasan.
Suarathailand- Kamboja dan Thailand mengambil langkah besar untuk meredakan ketegangan teritorial hanya beberapa hari setelah perjanjian damai yang ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump, dengan mengatakan mereka akan mulai menghapus senjata dari perbatasan bersama.
Kedua negara Asia Tenggara, yang bentrokan pada bulan Juli menewaskan lebih dari tiga lusin orang, akan memulai proses dua bulan untuk menghilangkan peluncur roket, sistem artileri, dan tank tempur, menurut pernyataan bersama pada hari Jumat oleh Komite Perbatasan Regional.
Rencana perlucutan senjata bilateral ini muncul setelah kedua negara tetangga tersebut menandatangani apa yang disebut Trump sebagai Perjanjian Damai Kuala Lumpur pada upacara tanggal 26 Oktober yang dipimpinnya di ibu kota Malaysia. Menteri Perang AS Pete Hegseth juga bertemu dengan menteri pertahanan dari kedua negara pada hari Jumat.
Perjanjian yang pada dasarnya merupakan sebuah deklarasi bersama, menegaskan kembali komitmen kedua negara untuk menyelesaikan sengketa perbatasan mereka melalui mekanisme bilateral yang mapan dan menguraikan langkah-langkah konkrit untuk membangun kembali kepercayaan, termasuk penarikan senjata berat dan destruktif dari wilayah perbatasan.
Perdana Menteri Anutin Charnvirakul mengatakan perjanjian tersebut merupakan hasil penting yang akan meletakkan dasar bagi perdamaian abadi dan membantu memperbaiki hubungan bilateral. Pemimpin Kamboja Hun Manet mengatakan negaranya berkomitmen untuk melaksanakan deklarasi bersama untuk menjamin perdamaian.
Pada hari Jumat, Kamboja dan Thailand menandatangani perjanjian mengenai penghapusan senjata dan peralatan berat dan destruktif, dan kedua belah pihak menegaskan kembali komitmen kuat mereka untuk melaksanakan dokumen hasil secara penuh dan efektif, menurut Maly Socheata, juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja.
Kamboja berharap langkah positif ini akan berkontribusi pada upaya bersama kedua negara untuk mendorong perdamaian, stabilitas, dan kembalinya keadaan normal dalam waktu dekat, katanya dalam sebuah pernyataan.
Pertempuran sengit selama lima hari antara pasukan Thailand dan Kamboja pada bulan Juli, yang melibatkan jet tempur, rudal, dan artileri berat, menewaskan lebih dari 40 orang dan membuat ratusan ribu orang mengungsi dari daerah perbatasan di kedua negara. Penyeberangan darat yang berfungsi sebagai jalur perdagangan penting juga masih dibatasi.
Meskipun gencatan senjata dicapai pada bulan Juli, kedua belah pihak terus menempatkan pasukan dan persenjataan di sepanjang perbatasan sekitar 800 kilometer.
Konflik Thailand-Kamboja berakar pada ketegangan berkepanjangan yang berasal dari peta dan perjanjian era kolonial yang mendefinisikan perbatasan bersama. Hubungan kedua negara relatif stabil setelah bentrokan tahun 2011 yang menewaskan puluhan orang, sebelum kembali meletus dalam pertempuran sengit pada bulan Juli.




