Bukti Jejak DNA Teroris BRN dalam Perampokan Emas Rp18 Miliar di Thailand Selatan

Hasil forensik terbaru dari Divisi Forensik Pusat telah dengan jelas mengonfirmasi bahwa DNA milik seorang anggota BRN berada di balik penemuan DNA dari kendaraan para tersangka perampokan toko emas.


Narathiwat,Suarathailand- Pada tanggal 7 Oktober 2025, sebuah insiden mengejutkan terjadi di wilayah Distrik Su-ngai Kolok, Provinsi Narathiwat, ketika sekelompok penyerang membobol sebuah toko emas di dalam Toko Serba Ada Big C di pusat Kota Narathiwat. Mereka menggunakan berbagai macam senjata, melepaskan tembakan untuk mengintimidasi orang dan karyawan, serta menembak seorang tentara yang sedang berbelanja, melukai satu orang. 

Korban diidentifikasi sebagai Sersan Mayor Burisorn Radachai, seorang sersan senjata ringan dari Unit Operasi Pasukan Khusus ke-408. Warga yang baik hati kemudian membantu membawanya ke Rumah Sakit Su-ngai Kolok untuk perawatan.

Para pelaku mencuri sejumlah besar perhiasan emas. Saat melarikan diri, mereka menyebarkan paku dan meletakkan tabung gas yang menyerupai bom di tengah jalan, menyebabkan kepanikan di antara penduduk setempat dan memengaruhi keamanan keseluruhan provinsi perbatasan selatan.

Menyusul insiden tersebut, petugas dari semua sektor, termasuk keamanan, militer, kepolisian, dan pejabat administrasi, segera memeriksa tempat kejadian perkara dan mengumpulkan bukti forensik, termasuk sidik jari, keringat, darah, dan DNA yang ditemukan di dalam kendaraan pelarian yang digunakan para pelaku. Bukti-bukti ini akan digunakan sebagai petunjuk dalam penyelidikan dan pelacakan para pelaku.

Hasil forensik terbaru dari Divisi Forensik Pusat telah dengan jelas mengonfirmasi bahwa DNA milik seorang anggota BRN berada di balik penemuan DNA dari kendaraan para tersangka yang ditinggalkan di sebuah kebun buah di hutan dan dari sebuah toko emas di dalam pusat perbelanjaan Big C. 

DNA ini terhubung langsung dengan basis data para tersangka dalam kasus-kasus terkait keamanan di Su-ngai Kolok, yang sebagian besar merupakan anggota gerakan teroris BRN dan memiliki sejarah keterlibatan dalam berbagai kejahatan di wilayah tersebut, termasuk pengeboman, penembakan petugas, dan perampokan bersenjata.

Hasil forensik ini merupakan bukti krusial yang dengan jelas menunjukkan hubungan antara gerakan BRN dan perampokan emas ini. Hal ini mencerminkan perilaku kelompok teroris yang mulai mengubah taktik dari serangan strategis menjadi perampokan untuk menggalang dana guna mendukung aktivitasnya di wilayah perbatasan selatan.

Pihak berwenang telah mengidentifikasi para pelaku dan akan segera mengejar mereka untuk diadili. Setelah tes DNA mengonfirmasi keterkaitan tersebut, petugas keamanan telah mengidentifikasi para tersangka dengan jelas, beberapa di antaranya adalah mantan sekutu yang sebelumnya telah menerima surat perintah penangkapan atas pelanggaran terkait keamanan, dan beberapa lainnya telah lama menghindari penangkapan.

Pihak berwenang kini telah membentuk satuan tugas khusus untuk melacak para pelaku. Mereka mengerahkan pasukan untuk menyisir area target di distrik Su-ngai Kolok dan Tak Bai, serta sekitarnya. Mereka juga meningkatkan langkah-langkah pengendalian dan mendirikan pos pemeriksaan di semua rute untuk mencegah pelarian dari area tersebut. Mereka juga berkoordinasi dengan negara-negara tetangga di sepanjang perbatasan untuk menutup rute pelarian.

Selain itu, para pejabat telah mengimbau masyarakat di wilayah tersebut untuk waspada dan segera memberi tahu pihak berwenang jika menemukan individu atau petunjuk mencurigakan guna membantu menjaga perdamaian dan ketertiban serta memastikan keamanan masyarakat.

Dimensi terorisme yang tertanam dalam kejahatan: Insiden perampokan emas ini mencerminkan tren baru terorisme di wilayah perbatasan selatan, yang telah berkembang menjadi kombinasi "ideologi politik" dan "kejahatan ekonomi". Artinya, kelompok teroris tidak hanya bertujuan menciptakan situasi keresahan, tetapi juga menggunakan perampokan properti sebagai sumber dana untuk menggerakkan dan mendukung kegiatan kelompok.

Ini merupakan perilaku yang menunjukkan "hilangnya ideologi" gerakan teroris yang mengaku memperjuangkan hak politik tetapi telah beralih ke metode kriminal yang secara langsung memengaruhi kehidupan dan harta benda warga negara yang tidak bersalah.

Kerja sama dari semua sektor diperlukan untuk membendung siklus kekerasan. Pengungkapan dan verifikasi kebenaran menggunakan bukti DNA ini merupakan langkah penting dalam kerja ilmiah oleh pejabat pemerintah, yang memungkinkan mereka untuk secara sistematis menghubungkan perilaku kelompok teroris dengan kejahatan. Hal ini akan membantu membangun kepercayaan di antara masyarakat setempat bahwa negara memiliki kapasitas untuk melacak, menangkap, dan membawa pelaku ke pengadilan.

Namun, perdamaian berkelanjutan di kawasan ini membutuhkan kerja sama dari semua pihak, termasuk pejabat pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan warga setempat. Mereka harus bekerja sama membangun ketahanan sosial untuk mencegah sekutu baru melanggengkan siklus kekerasan.

Perampokan emas di sebuah pusat perbelanjaan di Su-ngai Kolok ini bukan hanya "kejahatan yang mengejutkan", tetapi juga "tanda peringatan" akan perkembangan berkelanjutan kelompok teroris BRN, yang terus beroperasi di wilayah tersebut, dengan taktik yang semakin canggih dan tersamar.

Namun, berkat kerja sama aparat keamanan dan pemanfaatan teknologi forensik yang efektif, kebenaran tidak dapat disembunyikan. Hasil DNA yang mengonfirmasi hubungan ini merupakan awal dari "keadilan" bagi para pelaku, dan secercah harapan bagi masyarakat di provinsi perbatasan selatan, yang masih percaya bahwa perdamaian dapat dipulihkan jika semua pihak bekerja sama secara serius.

Share: