Indikator penceramah ini dibuat BNPT untuk kewaspadaan nasional terhadap paham radikalisme.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Ahmad Nurwakhid menyatakan penyebutan ciri-ciri penceramah radikal untuk mencegah agar masyarakat bisa lebih waspada dalam mendengar ceramah.
Hal itu merespon polemik di masyarakat soal ciri-ciri penceramah radikal.
Sebelumnya, indikator atau ciri-ciri penceramah radikal yang diterbitkan BNPT menuai kritik dan polemik.
Beberapa pihak seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menganggap hal itu sebagai upaya pembungkaman orang yang kritis pada pemerintah.
Nurwakhid menyebut pihaknya mencoba untuk mengedukasi masyarakat agar tak sembarangan mengundang penceramah untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
Pihaknya tak ingin paham radikalisme justru semakin menjamur di tengah masyarakat. Ia memastikan ciri-ciri tersebut tak menyudutkan satu agama tertentu.
"Penceramah ini tidak hanya ustaz saja loh ya, tapi juga mungkin ada yang lain. Karena potensi pada setiap individu manusia radikalisme ini, bukan monopoli satu agama, tapi ada di semua agama," ujarnya.
Nurwakhid menambahkan ciri-ciri penceramah radikal dirumuskan BNPT melalui sejumlah kajian mendalam dan melalui tahap diskusi dengan berbagai pihak.
BNPT memiliki tim ahli yang berisi sejumlah petinggi agama, profesor, hingga sejumlah ulama moderat yang memiliki kompetensi di bidangnya.
Selain itu, kata Nurwakhid, BNPT juga memiliki gugus tugas pemuka agama yang menjaring banyak organisasi kemasyarakat (ormas) keagamaan yang ada di masyarakat.
Nurwakhid menegaskan penerbitan ciri penceramah radikal itu bukan untuk menempelkan stigma kepada pihak-pihak tertentu.
"Yang menggelorakan seolah-olah (ciri penceramah radikal) menstigman atau ini itu, justru kelompok radikal itu sendiri," ujarnya. (bnpt, cnnindo)