Para peserta juga mengusulkan peluncuran aksi "AI+" Tiongkok-ASEAN, pembentukan mekanisme kerja sama tingkat menteri Tiongkok-ASEAN di bidang AI, dan merilis serangkaian hasil kerja sama utama.
China, Suarathailand- Tiongkok dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berkomitmen untuk memperdalam kerja sama di bidang kecerdasan buatan dan memajukan kesejahteraan bersama di seluruh kawasan, ungkap para pejabat.
Mereka berbicara pada Pertemuan Meja Bundar Tingkat Menteri Tiongkok-ASEAN 2025 tentang Kecerdasan Buatan yang diselenggarakan pada hari Kamis di Nanning, ibu kota Daerah Otonomi Guangxi Zhuang, dalam rangka Pameran Tiongkok-ASEAN ke-22.
Acara ini diselenggarakan bersama oleh Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Tiongkok dan Pemerintah Rakyat Daerah Otonomi Guangxi Zhuang, yang dihadiri oleh para pejabat dari Tiongkok dan negara-negara ASEAN.
Dalam pertemuan tersebut, Pusat Kerja Sama Aplikasi Kecerdasan Buatan Tiongkok-ASEAN diresmikan untuk memperkuat fondasi pengembangan AI dan menawarkan layanan sumber terbuka.
Para peserta juga mengusulkan peluncuran aksi "AI+" Tiongkok-ASEAN, pembentukan mekanisme kerja sama tingkat menteri Tiongkok-ASEAN di bidang AI, dan merilis serangkaian hasil kerja sama utama.
Wang Changlin, Wakil Kepala NDRC, mengatakan bahwa kerja sama Tiongkok-ASEAN di bidang AI memiliki potensi yang luar biasa, dengan kedua belah pihak diharapkan dapat memajukan teknologi AI sebagai kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi regional, peningkatan mata pencaharian, dan pembangunan komunitas Tiongkok-ASEAN dengan masa depan bersama.
Seiring meningkatnya volume perdagangan antara Tiongkok dan negara-negara ASEAN dalam beberapa tahun terakhir, "sumber daya data yang melimpah dan beragam skenario aplikasi telah menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi AI untuk memberdayakan pembangunan ekonomi dan sosial," ujarnya.
Pameran tahun ini berfokus pada pemberdayaan dan inovasi AI, dan diskusi panel ini sejalan dengan tujuan utama negara-negara ASEAN untuk memperkuat kerja sama internasional di bidang AI, membangun konsensus lebih lanjut, dan mempercepat kolaborasi praktis antara Tiongkok dan ASEAN, ujar Wang.
Menurut Laporan Perdagangan Dunia 2025 yang dirilis oleh Organisasi Perdagangan Dunia pada hari Rabu, AI dapat meningkatkan perdagangan global sebesar 34 hingga 37 persen dan meningkatkan PDB global sebesar 12 hingga 13 persen pada tahun 2040, dengan skenario di mana kesenjangan infrastruktur digital dipersempit dan kebijakan yang mendukung diberlakukan.
Parulian George Andreas Silalahi, Wakil Kepala Perwakilan RI di Tiongkok, mengatakan bahwa Tiongkok dan negara-negara ASEAN memiliki peluang besar dalam kolaborasi AI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi regional.
"Dengan mempertimbangkan Tiongkok sebagai pemain terdepan dalam pengembangan dan inovasi AI, dan ASEAN sebagai lahan subur bagi pengembangan dan inovasi AI, karena terus muncul sebagai pendorong utama transformasi digital dan AI di kawasan ini," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah meluncurkan Strategi Nasional Kecerdasan Buatan 2020-45, yang menguraikan fokus dan prioritas dalam pengembangan AI, termasuk sektor kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan, pengembangan kota pintar, dan ketahanan pangan.
"Untuk mewujudkan visi ini, Indonesia juga harus mengatasi tantangan yang mendesak, termasuk kebutuhan untuk mengembangkan infrastruktur digital dan AI yang kuat yang membutuhkan pendanaan dan investasi yang memadai, serta meningkatnya kebutuhan akan tenaga kerja terampil di sektor digital dan AI," tambahnya.
"Oleh karena itu, kerja sama antara anggota ASEAN dan Tiongkok adalah kunci untuk mengatasi tantangan tersebut," kata pejabat Indonesia tersebut.
Pandangan serupa disampaikan oleh Low Yen Ling, Menteri Senior Negara untuk Kementerian Perdagangan dan Industri serta Kementerian Kebudayaan, Komunitas, dan Pemuda Singapura. Ia mengatakan bahwa kerja sama antara Tiongkok dan ASEAN akan membantu meningkatkan pemberdayaan AI di kawasan ini.
Dengan memanfaatkan kekuatan kelembagaan Expo Tiongkok-ASEAN, keahlian Tiongkok dalam transformasi ekonomi digital berbasis AI dapat diwujudkan menjadi proyek kerja sama yang nyata.
Sok Puthyvuth, Sekretaris Negara Kementerian Pos dan Telekomunikasi Kamboja, mengatakan bahwa keahlian Tiongkok dalam AI menghadirkan peluang berharga bagi negara-negara ASEAN untuk mempercepat kemajuan.
"Kamboja telah menempatkan transformasi digital sebagai inti dari agenda pembangunan nasionalnya, dan kami sekarang memasuki fase baru dengan mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam perjalanan transformasi digital kami," ujarnya.