Dewan Keamanan Nasional (NSC) pada prinsipnya telah menyetujui proyek pembangunan pagar di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja sebagai tanggapan atas meningkatnya kejahatan lintas batas dan kekhawatiran keamanan.
Bangkok, Suarathailand- Dewan Keamanan Nasional (NSC) memberikan lampu hijau dalam rapat pada 2 September, menugaskan Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand (RTARF) untuk memimpin proyek pagar perbatasan.
RTARF akan bertanggung jawab untuk menentukan zona konstruksi, spesifikasi teknis, dan desain pagar yang sesuai dengan medan dan kebutuhan strategis masing-masing wilayah.
Pada tahap awal, RTARF berencana membangun pagar permanen sepanjang 23,6 kilometer di Provinsi Sa Kaeo, yang garis batasnya tidak disengketakan. Perbatasan di bagian ini dibatasi secara alami oleh Khlong Luek dan Khlong Phrom Hod, jalur air yang diakui oleh kedua belah pihak, sehingga memungkinkan pembangunan segera tanpa sengketa wilayah.
Konsep utama proyek ini adalah pengembangan "pagar elektronik" yang dilengkapi dengan sistem CCTV modern. Kamera pengawas akan dipasang di area sensitif untuk menyediakan pemantauan 24 jam, meningkatkan keamanan perbatasan dari aktivitas ilegal.
Zona batas yang disepakati: Pagar permanen akan dibangun di samping pengawasan elektronik.
Area yang belum dibatasi: Langkah-langkah sementara, seperti kawat berduri tiga lilitan dan jalan perbatasan untuk patroli dan logistik, akan diterapkan.
Pada 18 September, RTARF berhasil memasang tiang CCTV pertama di Pos Perbatasan 50, yang terletak di belakang pos pemeriksaan Khlong Luek di Aranyaprathet. Ini menandai langkah signifikan dalam pembangunan pagar elektronik berteknologi tinggi yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan perbatasan.
Dukungan publik dan peningkatan pendanaan
Pemerintah telah menegaskan bahwa keterbatasan anggaran tidak akan menghambat kemajuan proyek. Dana Hathaithip, yang telah mengumpulkan lebih dari 100 juta baht, mencerminkan dukungan publik yang kuat terhadap inisiatif keamanan perbatasan.
Dukungan akar rumput sebesar ini jarang ditemukan pada proyek infrastruktur nasional terkait keamanan. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan perbatasan telah menjadi perhatian nasional, dan warga negara antusias untuk berkontribusi.
Perdana Menteri dan para pemimpin militer telah menyatakan dukungan kuat untuk pembangunan pagar perbatasan, dengan menyebutkan keamanan nasional, pencegahan kejahatan lintas batas, dan menanggapi seruan lokal untuk peningkatan perlindungan sebagai motivasi utama. Mereka telah memastikan bahwa proyek tersebut akan dilaksanakan di wilayah yang telah disepakati, tanpa risiko kehilangan wilayah.
Pemimpin oposisi Natthaphong Ruengpanyawut dari Partai Rakyat menyatakan bahwa meskipun partainya tidak menentang pembelian peralatan militer yang diperlukan untuk pertahanan nasional, proyek pagar perbatasan harus dievaluasi kasus per kasus, tergantung pada konteks unik masing-masing wilayah.
Mantan Menteri Dalam Negeri Phumtham Wechayachai juga menekankan bahwa pembangunan harus menunggu hasil negosiasi, yang akan dilakukan melalui Komite Perbatasan Umum (GBC), saluran resmi untuk diskusi antara Thailand dan Kamboja.
Masyarakat lokal, khususnya yang terdampak konflik perbatasan yang sedang berlangsung, telah menyatakan dukungan kuat untuk proyek tersebut. Mereka memandang pagar sebagai solusi nyata untuk tantangan keamanan sehari-hari yang mereka hadapi. Banyak warga yang siap berkontribusi secara finansial untuk memastikan proyek selesai secepat mungkin.
Pelajaran dari perbatasan Thailand-Malaysia
Ide membangun pagar perbatasan bukanlah hal baru bagi Thailand, karena proyek serupa telah dilaksanakan di sepanjang perbatasan Thailand-Malaysia.
Perbatasan Thailand-Malaysia membentang sekitar 647 kilometer, dengan 110.992 kilometer telah terlindungi pagar. Pagar-pagar ini tersebar di provinsi Satun, Songkhla, Yala, dan Narathiwat dan memiliki dua jenis pagar yang berbeda:
Pagar yang dibangun bersama: Tembok beton setinggi 3 meter dengan kawat berduri ini membentang sepanjang 5,3 kilometer di Kecamatan Padang Besar, Kabupaten Sadao, Songkhla, sebagai bagian dari perjanjian antara kedua pemerintah.
Pagar Unilateral Malaysia: Membentang lebih dari 105 kilometer, pagar ini terdiri dari berbagai desain, termasuk tembok beton, kawat berduri, dan pagar jala. Pemerintah Malaysia sendiri yang mendanai dan membangun bagian-bagian ini. Thailand menyetujui pagar berteknologi tinggi untuk mengekang kejahatan lintas batas
Berlandaskan pengalaman-pengalaman sebelumnya, Thailand kini melanjutkan proyek pagar perbatasannya di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja, didorong oleh meningkatnya kekhawatiran akan ancaman keamanan dan kejahatan lintas batas.
Meskipun pagar fisik dan elektronik akan memainkan peran penting dalam mengatasi ancaman langsung, keberhasilan jangka panjang strategi keamanan perbatasan Thailand tidak akan hanya diukur dari tinggi tembok atau kejelasan rekaman CCTV.
Sebaliknya, ujian sesungguhnya adalah kemampuan pemerintah untuk menyeimbangkan keamanan militer dengan dinamika ekonomi dan sosial hubungan lintas batas, yang tak terelakkan saling terkait.