Thailand sebut Kamboja menolak membersihkan ranjau darat dan menarik senjata berat di sepanjang perbatasan. Thailand memperingatkan bahwa perundingan bergantung pada ketulusan Phnom Penh.
Bangkok, Suarathailand- Pensiunan komandan Area Angkatan Darat Kedua Thailand, Letnan Jenderal Boonsin Padklang, pada hari Selasa mengecam Kamboja karena menolak bekerja sama dengan militer Thailand dalam membersihkan ranjau darat yang ditanam pasukannya di tanah Thailand di sepanjang perbatasan.
Ia menambahkan Kamboja juga tidak menunjukkan tanda-tanda kerja sama dalam perundingan untuk menarik senjata berat dari perbatasan, sebagaimana disepakati pada pertemuan Komite Perbatasan Umum (GBC) baru-baru ini.
“Tidak. Tidak ada kerja sama dari Kamboja. Mereka yang menanam ranjau, jadi mengapa mereka membersihkannya,” kata Boonsin kepada wartawan ketika ditanya apakah militer Kamboja telah ikut serta dalam upaya pembersihan ranjau darat.
Boonsin mengecam Kamboja karena tidak bekerja sama dalam pembersihan ranjau
Kurangnya kemajuan dalam perundingan senjata berat
Boonsin menjelaskan bahwa GBC telah memutuskan pada pertemuan terakhirnya pada 10 September bahwa kedua belah pihak harus mengadakan diskusi dalam waktu tiga minggu mengenai relokasi senjata berat yang saling berhadapan di sepanjang perbatasan.
“Belum ada perundingan yang diadakan sejauh ini. Perundingan akan bergantung pada situasi dan ketulusan Kamboja,” ujarnya.
Kebijakan perbatasan terpadu didesak
Ia menekankan perbatasan Thailand-Kamboja—yang berada dalam tanggung jawab Wilayah Angkatan Darat Pertama, Wilayah Angkatan Darat Kedua, dan pasukan pertahanan perbatasan Angkatan Laut Kerajaan Thailand di Chanthaburi dan Trat—harus ditangani di bawah satu kebijakan terpadu, karena semua zona ini berada di sepanjang perbatasan yang sama.
Boonsin menambahkan bahwa mempertahankan wilayah Thailand akan berjalan lebih lancar dengan kerja sama dari semua sektor, seraya mencatat bahwa Perdana Menteri Anutin Charnvirakul telah menjanjikan dukungan penuh kepada militer dalam mempertahankan perbatasan.
Keyakinan akan suksesi
Ketika ditanya tentang masa depan Wilayah Angkatan Darat Kedua setelah pensiun pada 30 September, Boonsin mengatakan ia yakin operasi akan terus berlanjut tanpa gangguan.
“Saya telah melakukan yang terbaik. Hanya area-area kecil yang belum sepenuhnya tertata dan Kepala Wilayah Angkatan Darat Kedua berikutnya akan melanjutkan apa yang belum terselesaikan,” ujarnya.
Menanggapi kekhawatiran publik bahwa bentrokan perbatasan dapat kembali terjadi, Boonsin menjawab bahwa risikonya akan bergantung pada situasi.
Boonsin mengatakan bahwa setelah pensiun, ia akan terus menjabat sebagai penasihat Angkatan Darat Kerajaan Thailand. Ia bersikeras tidak akan terjun ke dunia politik, mengakui bahwa ia telah ditawari jabatan politik tingkat tinggi tetapi menolaknya.
“Saya menolaknya karena saya menganggapnya sebagai pekerjaan yang tidak berkelanjutan,” katanya.
Kemudian pada pagi harinya, Boonsin menghadiri pertemuan badan-badan utama angkatan darat yang dipimpin oleh Panglima Tertinggi Angkatan Darat Kerajaan Thailand, Jenderal Pana Klaewplodthuk, pada pukul 10.00. Pertemuan tersebut membahas situasi perbatasan Thailand-Kamboja dan Thailand-Myanmar, keamanan di tiga provinsi perbatasan selatan, dan operasi untuk membantu korban banjir di seluruh negeri.