Empat Menteri Thailand Mundur Saat Covid-19, Mengapa?

Empat menteri kabinet Thailand dilaporkan akan menyerahkan surat pengunduran diri dari jabatan menteri pada pekan ini. Reuters, Rabu (15/7), melaporkan empat menteri Kabinet dan sekretaris perdana menteri akan menyerahkan surat pengunduran diri paling cepat pada Kamis (16/7). Mereka adalah Somkid Jatusripitak, wakil perdana menteri yang bertanggung jawab atas ekonomi, Menteri Energi Sontirat Sontijirawong, Menteri Pendidikan Tinggi Suvit Maesincee dan Menteri Keuangan Thailand Uttama Savanayana.

Menteri Keuangan Thailand Uttama Savanayana mengatakan, dengan reshuffle, diharapkan akan mengantarkan tim baru untuk bisa mengelola ekonomi Thailand yang tengah menghadapi kontraksi terdalam dalam lebih dari dua dekade. Uttama baru-baru ini dilengserkan posisinya sebagai pemimpin Palang Pracharath, partai terbesar dalam koalisi yang berkuasa di negara itu.

Empat menteri Kabinet dan sekretaris perdana menteri akan menyerahkan surat pengunduran diri paling cepat pada Kamis (16/7). Mereka adalah Somkid Jatusripitak, wakil perdana menteri yang bertanggung jawab atas ekonomi, Menteri Energi Sontirat Sontijirawong, Menteri Pendidikan Tinggi Suvit Maesincee dan Menteri Keuangan Uttama Savanayana.

Kobsak Pootrakool, wakil sekretaris jenderal untuk perdana menteri, juga akan berhenti. Perdana Menteri Prayuth Chan-Ocha pekan lalu memang telah menegaskan bahwa pembicaraan tentang reshuffle dimulai di tengah "krisis ekonomi."

Kabinet baru harus berurusan dengan ekonomi yang menghadapi kontraksi tertajam dalam lebih dari dua dekade. Bergantung pada pariwisata dan ekspor, Thailand sedang menghadapi salah satu kontraksi ekonomi terburuk di Asia tahun ini, setelah pandemi Covid-19 menghentikan perjalanan wista dan perdagangan.

Bank sentral Thailand memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Thailand akan menyusut dengan rekor 8,1%. Perombakan yang akan datang akan menjadi yang pertama bagi pemerintah Prayuth setelah pemilihan pada tahun 2019.

Prayuth, mantan kepala pasukan negara itu, memimpin kudeta militer pada tahun 2014. Ia memerintah sebagai kepala junta selama lima tahun dan kembali sebagai pemimpin setelah pemilihan yang disengketakan. Tahun lalu koalisinya terus memperketat cengkeramannya pada kekuasaan setelah membentuk pemerintahan. (Reuters, Bisnis)

Share: