Wisatawan Milenial Diprediksi Dominasi Pasar Wisata Dunia

Kelompok wisatawan milenial dan mereka yang rata-rata berusia muda berkisar 18-34 tahun atau lebih dikenal dengan Generasi Y diperkirakan akan endominasi pasar wisata dunia.

Deputi Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Rizki Handayani Mustofa di Jakarta, Sabtu, mengatakan fakta tersebut harus direspon dengan antisipatif mengingat wisatawan milenial memiliki cara-cara tersendiri dalam berwisata yang meninggalkan cara berwisata model lama.

"Pada tahun 2019 lebih dari 50 persen dari tiap pasar pariwisata Indonesia sudah merupakan milenial. Wisatawan milenial akan terus tumbuh dan menjadi pasar utama,¿ kata Rizki Handayani.

Pihaknya mencatat untuk pasar pariwisata Asia didominasi wisatawan milenial berusia 15-34 tahun mencapai hingga 57 persen.  Di China generasi milenial akan mencapai 333 juta, Filipina 42 juta, Vietnam 26 juta, Thailand 19 juta, sedangkan Indonesia 82 juta.

 Rizki Handayani mengatakan, banyak negara mulai menyasar pasar milenial Indonesia, seperti Korea dan Jepang, dengan  gaya promosi dan iklan visual,
 promosi kebudayaan, kuliner, dan lainnya sangat menyasar wisatawan milennials.

 "Saya berharap di 2019 Indonesia tidak kecolongan dalam mengantisipasi potensi wisatawan milenial," katanya.

Menanggapi hal itu Founder Rumah Perubahan Rhenald Kasali menilai bisnis pariwisata dan tantangan di era digital dan millennial tourism ditandai dengan terjadinya dirupsi ekonomi pariwisata.

"Milenial yang membuat dirupsi di pariwisata. Disrupsi mempersingkat dan menekan harga dengan teknologi sehingga membuat cara-cara lama tidak dipakai lagi. Milenial dan teknologinya bisa menyebabkan harga tidak naik meskipun rupiah turun," kata Rhenald Kasali.

 Rhenald Kasali menjelaskan, ciri milenial tiap negara berbeda-beda dan mereka memiliki kekhasan yang dilatarbelakangai oleh budaya dan  lingkungan. Misalnya, milenial Amerika Serikat yang memiliki motto "work hard play hard" dan mereka lebih suka mengumpulkan uang demi liburan yang berkualitas, sedangkan milenial Eropa dikenal  memiliki "budget conscious" mempunyai kebiasaan travelling hingga tiga kali dalam setahun dan lebih menyukai personal guide.

 Berbeda dengan milenial dari Asia dalam setahun melalukan travelling maksimal dua kali  dengan jarak kurang dari empat jam dan menggunaan paket tour standar.

"Untuk wisatawan milenial China mempunyai pengeluaran yang besar dalam melakukan perjalanan menggunakan paket tour dan lebih suka mencari destinasi yang populer. Selera wisatawan milenial China terjadi peningkatan khususnya dalam menggunakan hotel berbintang dari bintang tiga ke bintang 4," kata Rhenald Kasali.

 Ia mengatakan, kondisi tersebut berbeda dengan wisatawan milenial India lebih banyak dengan budget paket tour dan perjalanan keluarga.  "Wisatawan India agak pelit terutama dalam bayaran dan ngasih tip wisata," kata Rhenald.

Sementara wisatawan milenial Indonesia dominan memilih perjalanan di dalam negeri atau domestik ataupun destinasi di kawasan Asia Tenggara atau region. "Destinasi di dalam region yang anti-mainstream sangat disukai wisatawan melinial Indonesia," papar Renald Kasali.


Share: