UNRWA Sebut Operasi Badan Bantuan  AS-Israel Perangkap Kematian Sadis bagi Warga Gaza

Israel dilaporkan bunuh 1000 orang kelaparan saat mencoba mendapatkan makanan sejak akhir Mei.

Gaza, Suarathailand- Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengecam keras operasi distribusi makanan di Gaza, menuduh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) bertindak seperti “tentara bayaran” dan perangkap kematian sadis.

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan bahwa skema distribusi yang disebut GHF adalah jebakan maut yang sadis, saat warga sipil ditembak ketika berebut makanan, dalam pernyataan pada Senin.

Ia menekankan bahwa “pemberian bantuan kemanusiaan bukanlah pekerjaan tentara bayaran.”

"Penembak jitu melepaskan tembakan serampangan di tengah kerumunan seolah-olah mereka mendapat izin untuk membunuh," ujar Lazzarini, perburuan masal tanpa hukuman sama sekali.'

Dia mengatakan lebih dari 1000 orang kelaparan dilaporkan terbunuh saat mencoba mendapatkan makanan sejak akhir Mei.
GHF adalah organisasi Amerika yang didukung oleh Israel dan mulai beroperasi di Gaza pada akhir Mei setelah Israel memutus pasokan ke Gaza pada Maret, mengabaikan PBB dan LSM-LSM mapan lainnya.

Namun, GHF dikritik oleh Palestina dan kelompok-kelompok internasional karena tingginya jumlah korban jiwa terkait dengan operasinya.

Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa 99 warga Palestina tewas dan lebih dari 650 lainnya luka-luka saat berusaha mendapatkan bantuan kemanusiaan dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah total warga Palestina yang tewas saat mencari bantuan menjadi 1.021, dengan lebih dari 6.511 lainnya luka-luka sejak 27 Mei.

Selain itu, Lazzarini menyoroti kondisi yang sangat memprihatinkan di Gaza, di mana kelaparan dan kelelahan melanda mereka yang biasanya memberi bantuan. “Tak ada yang luput,” ujarnya, seraya menambahkan: “Mereka yang merawat sesama kini juga membutuhkan perawatan, termasuk dokter, perawat, jurnalis, dan pekerja kemanusiaan yang kini juga kelaparan.”

Dia mendesak agar kekerasan segera berakhir dan mekanisme bantuan internasional yang tepat dapat dipulihkan, dengan menekankan bahwa PBB dan mitranya “memiliki keahlian, pengalaman, dan sumber daya yang tersedia untuk menyediakan bantuan yang aman, bermartabat, dan dalam skala besar.”

"Kita telah membuktikannya berkali-kali selama gencatan senjata terakhir," kata Lazzarini. "Ini tidak boleh menjadi norma baru kita."

Share: