Trump Mengaku Terkejut oleh Pengeboman Israel di Suriah dan Gereja Gaza, Ah Masa?

“Dalam kedua kasus tersebut, Presiden Trump segera menelepon Perdana Menteri Netanyahu untuk menangani situasinya.” 


AS, Suarathailand- Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaku “terkejut” oleh pengeboman yang dilakukan Israel di Suriah dan serangan terhadap sebuah gereja Katolik di Gaza. Trump segera ingin menghubungi kepala otoritas Israel Benjamin Netanyahu guna membahas insiden tersebut.

"Presiden terkejut oleh pengeboman di Suriah dan juga pengeboman terhadap Gereja Katolik di Gaza,” kata Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, kepada para wartawan, Senin (21/7).

“Dalam kedua kasus tersebut, presiden segera menelepon perdana menteri untuk menangani situasinya,” ucapnya.

Pada 13 Juli, bentrokan pecah antara suku Arab Badui dan kelompok bersenjata Druze di Suwayda, Suriah selatan. Situasi memburuk pada 16 Juli ketika militer Israel melakukan serangan udara di dekat istana presiden Suriah dan di markas Staf Umum dan Kementerian Pertahanan.

Israel juga menyerang Gereja Keluarga Kudus di Gaza pada Kamis lalu yang menewaskan tiga orang dan melukai 10 lainnya, termasuk pastor paroki.

Serangan-serangan Israel di Suriah telah menimbulkan keraguan yang semakin meningkat di dalam pemerintahan Trump terhadap Netanyahu, dengan anggapan bahwa kebijakannya di Timur Tengah “terlalu mengganggu”, menurut laporan situs berita AS Axios pada Minggu (20/7).

Terkait Gaza, Leavitt mengatakan bahwa konflik tersebut telah berlangsung terlalu lama dan menjadi sangat brutal dalam beberapa hari terakhir.

“Presiden tidak pernah suka melihat hal itu,” ucap Leavitt, merujuk pada meningkatnya jumlah korban jiwa di Gaza akibat serangan Israel.

“Ia ingin pembunuhan ini segera dihentikan, ingin negosiasi gencatan senjata di wilayah tersebut, dan ingin semua sandera dibebaskan dari Gaza,” tambahnya.

Sejak 2 Maret, Israel telah memberlakukan blokade total di Gaza, melarang masuknya makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan. Badan bantuan telah berulang kali memperingatkan adanya bencana kelaparan buatan manusia, tanpa adanya tanda-tanda pelonggaran.

Dengan menolak seruan internasional untuk gencatan senjata, militer Israel terus melakukan serangan brutal di Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang telah menewaskan lebih dari 59.000 warga Palestina, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Kepala Pertahanannya, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang dilancarkannya terhadap wilayah kantong tersebut.

Share: