Dr. Premsri membenarkan prospek penggunaan Sputnik V di Thailand sedang dibahas dengan Rusia tetapi belum ada kesepakatan yang ditandatangani sejauh ini.
Otoritas Thailand buka peluang menggunakan vaksin Covid-19 Sputnik V buatan Rusia. Langkah ini untuk mengetahui hasil jangka panjang dari penggunaannya. Hal tersebut disampaikan direktur Institut Vaksin Nasional Thailand Dr. Nakorn Premsri.
Vaksin Sputnik V yang dikembangkan oleh Gamaleya National Research Center for Epidemiology and Microbiology dari Kementerian Kesehatan Rusia terdiri dari dua larutan yang mengandung adenovirus manusia rekombinan Ad5 dan Ad26. Digunakan sebagai transportasi (vektor) untuk mengirimkan gen yang mengkode SARS-CoV -2 S-protein.
Vaksin Sputnik V dikembangkan oleh Gamaleya National Research Center for Epidemiology and Microbiology dari Kementerian Kesehatan Rusia.
“Jika seseorang memiliki antibodi terhadap vektor virus, vaksin tersebut tidak berfungsi, " kata ahli tersebut.
Di Thailand, 60% populasinya memiliki imunitas bawaan terhadap Ad5, artinya saat vaksin masuk ke dalam tubuh manusia, maka akan menjadi dinetralkan oleh kekebalan yang ada. Kami tidak memiliki data tentang Ad26, jadi kami hanya mempertimbangkan untuk menggunakan Sputnik V.
Pada saat yang sama, ahli virus mengatakan akan tepat untuk mempublikasikan "hasil penggunaan vaksin di antara orang-orang yang memiliki kekebalan bawaan."
“Jika vaksin bekerja bahkan dengan kekebalan yang ada, itu akan menjadi kunci keuntungan dari vaksin ini,” tegasnya.
Menurut dr Premsri, sebelum vaksinasi masyarakat harus diperiksa keberadaan kekebalannya dan dipantau setelah vaksinasi untuk melihat apakah mereka tertular virus corona atau tidak.
"Seribu relawan sudah cukup untuk ini, tetapi jika memungkinkan untuk menginvestasikan lebih banyak uang dalam program ini, maka 5.000 orang yang memiliki kekebalan dapat dilibatkan," katanya.
"Saya pikir bahkan pada tahap ketiga pengujian spesialis seharusnya menguji relawan untuk kekebalan, tetapi saya belum melihat hasil ini. Hal ini diperlukan untuk memberikan bukti kinerja vaksin untuk orang dengan kekebalan, yang dapat dideteksi dalam beberapa bulan."
Jika orang yang divaksinasi dengan dan tanpa kekebalan menunjukkan hasil yang sama setelah jangka waktu yang lebih lama, itu akan menjadi bukti keefektifan vaksin, katanya.
"Dalam hal ini, produsen dapat mengatakan bahwa tidak perlu khawatir tentang kekebalan, karena vaksin bekerja untuk semua orang," tambah ahli virus itu.
Adapun keputusan tentang penggunaan vaksin apa pun di Thailand, dibuat oleh komite khusus pemerintah, kata Dr. Premsri, seraya menambahkan salah satu opsi distribusi untuk Sputnik V di Thailand bisa melalui klinik swasta.
“Kalau Sputnik V terdaftar di kerajaan maka bisa dijual,” jelasnya.
Dr. Premsri membenarkan prospek penggunaan Sputnik V di Thailand sedang dibahas dengan Rusia tetapi belum ada kesepakatan yang ditandatangani sejauh ini.
"Kami menerima hasil tes fase ketiga dan itu menarik. Butuh waktu untuk membuat keputusan, karena ini bukan pertanyaan yang bisa dijawab begitu saja ya atau tidak," spesialis menyimpulkan.
Kasus virus korona pertama di Thailand dikonfirmasi pada 13 Januari. Hingga hari ini, sekitar 4.100 kasus seperti itu telah dikonfirmasi di negara tersebut. Lebih dari 3.800 pasien telah pulih dan 60 pasien telah meninggal. Rezim darurat akan tetap berlaku hingga 15 Januari 2021.




