Thailand Akan Luncurkan Wisata Ganja Medis Pertama di ASEAN

Tujuan dari tur wisata ini untuk meningkatkan kesadaran ganja tujuan medis dan menginformasikan bagi pihak yang tertarik untuk menanam tanaman tersebut secara hukum.


Kementerian Pariwisata dan Olahraga dan Kesehatan Masyarakat Thailand siap meluncurkan wisata ganja untuk medis yang pertama di Asia Tenggara pada 2021 setelah menyelesaikan rancangan program ini.

Tujuan dari tur wisata ini untuk meningkatkan kesadaran ganja tujuan medis dan menginformasikan bagi pihak yang tertarik untuk menanam tanaman tersebut secara hukum, kata Phiphat Ratchakitprakarn, menteri pariwisata dan olah raga.

The Bangkok Post melaporkan, 8 provinsi memiliki perkebunan yang bisa menjadi bagian dari tur, terdiri dari Mae Hong Son, Lampang, Samut Songkhram, Sakon Nakhon, Nakhon Ratchasima, Buri Ram, Phatthalung dan Chon Buri.

“Pada tahap awal, program ini bertujuan untuk mendidik penduduk setempat yang ingin membentuk usaha komunitas dan mengajukan tawaran untuk menjadi penanam ganja resmi. Program ini akan membuka jalan bagi pemahaman dasar tentang mariyuana dan manfaat ekonominya, ”kata Phiphat.

“Pada tahap awal, program ini bertujuan untuk mendidik penduduk setempat yang ingin membentuk usaha komunitas dan mengajukan tawaran untuk menjadi penanam ganja resmi. Program ini akan membuka jalan bagi pemahaman dasar tentang mariyuana dan manfaat ekonominya, ”kata Phiphat.

Dia mengatakan, Departemen Pariwisata ditugaskan untuk bekerja dengan Departemen Pengobatan Tradisional dan Alternatif Thailand dalam mempromosikan pariwisata medis, termasuk jamu dan ganja untuk pengobatan tradisional.

Mengembangkan dan Mempromosikan Wisata Ganja Medis

Di bawah nota kesepahaman yang ditandatangani oleh kedua departemen, mereka ingin merangsang pasar Thailand dan luar negeri dengan mengembangkan dan mempromosikan rute wisata ini.

Kerja sama ini akan membantu penduduk setempat menciptakan sumber pendapatan baru dengan keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik tentang mariyuana dan wisata herbal, kata Phiphat.

Kabinet pada 4 Agustus 2020 menyetujui proposal untuk mengubah Undang-Undang Narkotika untuk mengizinkan praktisi medis swasta, termasuk beberapa penyembuh tradisional, dan petani untuk menanam tanaman untuk perawatan medis.

Perkembangan ini mengikuti legalisasi ganja yang terkontrol pada tahun 2018 dan menjadikan Thailand menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mengizinkan lembaga negara atau mereka yang meminta izin untuk menanam ganja, mengikuti peraturan lembaga pemerintah.

Namun, penggunaan ganja untuk tujuan rekreasi masih dilarang di Thailand karena pemerintah membatasi penggunaan ganja untuk praktik pengobatan.

Penggunaan ganja untuk tujuan rekreasi masih dilarang di Thailand karena pemerintah membatasi penggunaan ganja untuk praktik pengobatan.

Phiphat mengatakan pemerintah akan menjadi tuan rumah pameran ganja di Buri Ram Oktober mendatang, setelah edisi pertama diadakan pada 2019.

Pameran tersebut dapat memperkuat posisi Thailand sebagai pusat pengobatan ganja di kawasan ini karena akan menyambut baik para penjual dan pembeli internasional terkait ilmu kedokteran ini, ujarnya.

Acara tersebut sebelumnya dijadwalkan untuk tahun ini, tetapi ditunda karena pandemi.

Phiphat mengatakan program tur harus meyakinkan masyarakat lokal yang masih peduli dengan kebijakan tersebut.

Kegiatan tur bertujuan untuk menampilkan setiap proses, seperti penanaman, peraturan, dan cara mendapatkan penghasilan dari pertanian ganja.

“Kita harus menganggap ganja sebagai warisan dari masa lalu yang layak untuk dilestarikan. Orang Thailand sudah memanfaatkan tanaman ini sebagai obat sejak zaman Raja Narai [abad ke-17], ”ujarnya.

Sifat obatnya kemudian diverifikasi oleh penelitian modern. (Bangkok Post, Chiangraitimes)

Share: