Royal Thai Army akan membeli armada helikopter serang baru dari AS setelah kesepakatan senilai 400 juta dolar disetujui pada Selasa (24/9).
Departemen Luar Negeri AS mengumumkan pihaknya menyetujui penjualan delapan heli Little Bird AH-6I dan helikopter pengintai dalam kesepakatan senilai 400 juta dolar, atau sekitar 12 miliar baht.
Penjualan itu disimpulkan hanya beberapa bulan setelah tentara Thailand membeli 60 kendaraan pengangkut infanteri Stryker dari sekutu lamanya pada bulan Juli 2019.
"Usulan penjualan helikopter AH-6I akan meningkatkan kemampuan serangan Angkatan Darat Kerajaan Thailand untuk memperkuat pertahanan tanah airnya dan mencegah ancaman regional," demikian bunyi pernyataan yang dirilis pada hari Selasa oleh Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Departemen Luar Negeri AS.
"Helikopter AH-6I ini akan menggantikan armada RTA yang sudah tua dari tujuh helikopter Cobra AH-IF dan akan memberikan pengintaian serangan ringan untuk dukungan udara ke pasukan operasi khusus dan tentara infanteri Stryker," ungkap Kemenhan AS.
Pentagon mengatakan Kongres telah diberitahu tentang penjualan itu, sesuai hukum AS yang mensyaratkan setiap perjanjian senjata senilai lebih dari 14 juta dolar harus disetujui oleh legislatif.
Selain helikopter, kesepakatan itu akan dilengkapi dengan rudal, minigun, avionik, dan sistem pelatihan. Model ini beroperasi dengan Angkatan Udara Kerajaan Yordania dan Garda Nasional Arab Saudi.
Armada helikopter baru ini akan bergabung dengan armada delapan helikopter AS550 Fennec buatan Prancis yang dibeli pada 2011 dengan total harga 1,6 miliar baht, menurut blogger pertahanan. Ini akan menggantikan armada tujuh helikopter AH-IF Cobra yang telah menua yang telah digunakan sejak 1991.
Thailand sebelumnya membeli empat helikopter Black Hawk dari AS pada 2009, serta enam helikopter Lakota sepanjang 2013 dan 2014.
Meskipun baru-baru ini condong ke Cina untuk persenjataan, dengan pembelian tank dan kendaraan lapis baja Tiongkok, Thailand telah mempertahankan hubungan yang kuat dengan AS.
“Kami adalah negara yang secara strategis penting di Asia Pasifik, memiliki hubungan jangka panjang antara kedua negara,” kata Jenderal Apirat Kongsompong dalam pertemuan dengan tentara internasional pada 9 September. “Doktrin pertahanan kami didasarkan pada AS. dan ini berlangsung sejak berdirinya akademi militer, " kata Kongsompong.
Awal bulan ini, Angkatan Laut Kerajaan Thailand menandatangani kontrak untuk pengadaan kapal pendaratan anjungan baru dari China dalam kesepakatan yang dilaporkan bernilai 200 juta dolar (6,1 miliar baht). Laksamana Angkatan Laut Laksamana Luechai Ruddit menyebut kapal baru sebagai kebutuhan untuk kurangnya senjata dan operasi kemanusiaan.