Daniel Martindale menghabiskan dua tahun di Ukraina, mengirimkan koordinat fasilitas militer ke dinas rahasia Rusia.
Moskow, Suarathailand- Seorang warga Amerika yang memata-matai pasukan Ukraina untuk membantu serangan militer Moskow di negara itu telah diberikan kewarganegaraan Rusia, ungkap otoritas yang ditunjuk Moskow, Selasa.
Daniel Martindale menghabiskan dua tahun di Ukraina setelah Rusia melancarkan serangannya, mengirimkan koordinat fasilitas militer ke dinas rahasia Rusia, menurut laporan di media pemerintah Rusia.
“Berdasarkan keputusan Presiden kami, Vladimir Putin, paspor warga negara Federasi Rusia diberikan kepada Daniel Martindale,” ujar Denis Pushilin, kepala wilayah Donetsk Ukraina yang diduduki Rusia, melalui Telegram.
Pushilin mengatakan bahwa Martindale telah “sejak lama membuktikan dengan kesetiaan dan tindakannya bahwa ia adalah salah satu dari kami.”
“Ia menghabiskan lebih dari dua tahun di wilayah yang dikuasai musuh. Dan ia tidak hanya selamat -- ia juga membantu. Ia mendukung pasukan kami, menyampaikan informasi penting kepada dinas khusus kami, mempertaruhkan nyawanya,” tambahnya.
Martindale menerima paspornya dari pejabat Kementerian Dalam Negeri dalam sebuah upacara di Moskow, menurut media pemerintah dan sebuah video yang dipublikasikan oleh Pushilin.
Martindale berterima kasih kepada Rusia karena telah "menerima saya," dan mengatakan bahwa menjadi warga negara Rusia adalah sebuah "impian."
"Rusia bukan hanya rumah saya, tetapi juga keluarga saya," katanya dalam bahasa Rusia dalam video tersebut.
Setelah dua tahun memata-matai Ukraina, ia dievakuasi dalam "operasi evakuasi yang rumit" setelah Moskow mulai khawatir nyawanya terancam jika ia tinggal lebih lama, kata Pushilin.
Pada November 2024, media pemerintah melaporkan bahwa pasukan keamanan Rusia telah membawanya ke Rusia dan Martindale mengajukan permohonan kewarganegaraan Rusia.
Sebuah akun Telegram yang mengaku miliknya mengunggah postingan di bulan yang sama: "Halo, saya Daniel Martindale, orang yang dievakuasi oleh tentara Rusia dengan mempertaruhkan nyawa mereka dari desa tempat saya tinggal selama dua tahun."
