Raja Belgia Philippe menegaskan kondisi di Gaza telah berlangsung “terlalu lama” tanpa solusi.
Brussels, Suarathailand- Raja Belgia Philippe mengecam keras situasi yang berlangsung di Jalur Gaza. Ia menyebutnya sebagai “aib bagi kemanusiaan” dan mendesak Eropa untuk menunjukkan kepemimpinan yang lebih kuat dalam menghadapi krisis tersebut.
Dalam pidatonya pada Minggu, 20 Juli, sehari menjelang perayaan hari nasional Belgia, Raja Philippe menegaskan bahwa kondisi di Gaza telah berlangsung “terlalu lama” tanpa solusi.
“Eropa harus menunjukkan kepemimpinan yang lebih kuat,” ujarnya. Ia juga menyampaikan dukungan terhadap seruan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres untuk “segera mengakhiri krisis yang tak tertahankan ini.”
Melansir Politico, Senin, 21 Juli 2025, pernyataan ini datang di tengah meningkatnya kekerasan di Gaza, yang pada Minggu menewaskan sedikitnya 73 orang menurut laporan Kementerian Kesehatan di wilayah tersebut.
Sebagian besar korban tewas berada di perbatasan Zikim, saat mencoba mengakses bantuan kemanusiaan. Selain itu, lebih dari 150 orang dilaporkan terluka.
Sehari sebelumnya, 32 warga sipil dilaporkan tewas akibat tembakan pasukan Israel saat berusaha memperoleh makanan dari pos distribusi milik Gaza Humanitarian Foundation, sebuah lembaga bantuan yang didukung oleh Amerika Serikat dan Israel.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB melaporkan bahwa hingga 13 Juli, sebanyak 674 orang telah tewas di dekat titik distribusi bantuan yang dikelola lembaga tersebut.
Paus Leo XIV juga menyuarakan kecaman serupa pada hari Minggu. Usai upacara doa, ia kembali menyerukan “penghentian segera terhadap kebiadaban perang ini.”
Seruan itu mengikuti peristiwa penembakan pada Kamis sebelumnya, di mana serangan artileri Israel menghantam satu-satunya gereja Katolik di Gaza dan menewaskan tiga orang. Paus kemudian menyerukan larangan terhadap “hukuman kolektif dan penggunaan kekuatan secara sembarangan.”
Meski demikian, kekerasan di akhir pekan tersebut tidak disambut dengan pernyataan publik dari para pejabat tinggi Uni Eropa.
Dalam pertemuan Dewan Urusan Luar Negeri UE pada Selasa sebelumnya di Brussels, para menteri luar negeri memutuskan untuk tidak menjatuhkan sanksi kepada Israel, meski perwakilan tinggi urusan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, menggambarkan situasi hak asasi manusia di Gaza sebagai “katastropik.”
“Kita tidak memiliki gencatan senjata, dan itulah mengapa bantuan kemanusiaan sulit diberikan,” ujar Kallas pada 15 Juli lalu.
“Tapi kita sungguh harus berupaya ke arah itu demi membantu rakyat, karena kita tidak tahu seberapa dekat atau jauhnya gencatan senjata bisa tercapai.”