PM India Main Ancam Serang Pakistan, Pakistan Siapkan Komando Pasukan Roket

Pernyataan Modi  muncul tiga bulan setelah dua negara yang memiliki senjata nuklir, India dan Pakistan, terlibat dalam pertempuran sengit selama empat hari.


New Delhi, Suarathailand- Perdana Menteri Narendra Modi main ancam. Modi memperingatkan Pakistan, India akan menghukum tetangganya tersebut jika terjadi serangan terhadap India di masa mendatang. Pidato Modi disampaikan bertepatan dengan peringatan 78 tahun kemerdekaannya dari penjajahan Inggris, Jumat (15/8/2025).

Pernyataan Modi  muncul tiga bulan setelah dua negara yang memiliki senjata nuklir, India dan Pakistan, terlibat dalam pertempuran sengit selama empat hari. Perang tersebut menjadi bentrokan terburuk mereka dalam beberapa dekade.

Modi berpidato di hadapan rakyat India dari Benteng Merah era Mughal abad ke-17 di New Delhi. Dia mengatakan, India telah menetapkan "New Normal" yang tidak membedakan antara "teroris" dan mereka yang mendukung terorisme. Ia mengatakan tidak akan menoleransi apa yang disebutnya sebagai "pemerasan nuklir" Islamabad.

"India telah memutuskan bahwa mereka tidak akan menoleransi ancaman nuklir. Pemerasan nuklir telah berlangsung lama, tetapi pemerasan ini tidak akan ditoleransi sekarang," kata Modi




Tidak ada tanggapan langsung dari Pakistan atas pernyataan Modi. Pakistan sebelumnya telah menyebut pernyataan India tentang pemerasan nuklir sebagai sesuatu yang provokatif.

Meski demikian, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif pada Kamis (14/8/2025), mengumumkan pembentukan "Komando Pasukan Roket Angkatan Darat" untuk memperkuat kemampuan pertahanan negara. Sharif menyampaikan pengumuman ini dalam pidato yang menandai perayaan Hari Kemerdekaan, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

India merayakan Hari Kemerdekaannya satu hari setelah Pakistan. Kedua negara bagian ini terbentuk sebagai akibat dari pemisahan India Britania yang berdarah pada 1947. Proses ini memicu beberapa kekerasan komunal terburuk yang pernah terjadi di dunia dan menewaskan ratusan ribu orang. Peristiwa ini memicu salah satu migrasi manusia terbesar dalam sejarah. Sekitar 12 juta orang meninggalkan rumah mereka.

India dan Pakistan jual beli serangan militer pada Mei lalu sehingga membawa mereka di ambang perang. Pertempuran antara kedua negara dipicu pembantaian pada April sebelumnya oleh orang-orang bersenjata di Kashmir yang dikuasai India. Serangan tersebut menewaskan 26 orang, sebagian besar turis Hindu.

India menyalahkan serangan tersebut pada militan yang didukung Pakistan. Islamabad membantah bertanggung jawab sambil menyerukan penyelidikan yang netral.

Beberapa hari setelah pembantaian tersebut, India melancarkan serangan terhadap Pakistan dan mengatakan telah menghantam sembilan lokasi "infrastruktur teroris"."Infrastruktur teroris telah berubah menjadi puing-puing," kata Modi dalam pidatonya, Jumat.

Pakistan merespons dengan mengirimkan gelombang pesawat nirawak ke India, serta pemboman rudal dan artileri. Puluhan orang tewas di kedua belah pihak hingga gencatan senjata tercapai pada 10 Mei setelah mediasi AS.

Pakistan mengaku telah menembak jatuh enam pesawat India selama bentrokan tersebut, termasuk sebuah pesawat tempur Rafale buatan Prancis. India mengakui beberapa kerugian tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Pada pekan lalu, Kepala Angkatan Udara India mengatakan India menembak jatuh lima jet tempur Pakistan dan satu pesawat militer lainnya selama bentrokan, yang merupakan klaim publik pertama dari India. Pakistan menolaknya, dengan mengatakan kedua belah pihak harus membuka inventaris pesawat mereka untuk verifikasi independen.

Dalam pidatonya pada Jumat, Modi juga mengisyaratkan India akan melanjutkan penangguhan sepihaknya terhadap Perjanjian Air Indus. Perjanjian tersebut, yang ditangguhkan India setelah pembantaian April lalu, memungkinkan pembagian Sungai Indus yang mengalir sekitar 2.897 kilometer (1.800 mil) melalui Asia Selatan dan merupakan jalur kehidupan bagi kedua negara.

Share: