Pakar menyebut data yang dibobol berupa file berisi banyak informasi penting data pribadi personel kepolisian.
Pakar keamanan siber dari lembaga riset Communication & Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha membenarkan bahwa data 28.000 personel polisi Indonesia telah dicuri oleh hacker.
“Iya, benar, valid,” kata Pratama yang menjabat sebagai Chairman di CISSReC, kepada kumparanTECH, Kamis (18/11).
Pada Rabu (17/11) malam beredar kabar di media sosial yang menyatakan database yang memuat 28.000 personel polisi Indonesia telah dibobol hacker. Informasi itu diunggah salah satu akun Twitter dengan username @son1x666.
Pratama menjelaskan database yang diberikan hacker mempunyai ukuran dan isi yang sama, yakni 10.27 MB. File pertama bernama polrileak.txt dan yang kedua polri.sql.
Pratama menambahkan file tersebut berisi banyak informasi penting dari data pribadi personel kepolisian, dari nama, nrp, pangkat, tempat dan tanggal lahir, satker, jabatan , alamat, agama, golongan darah, suku, email, bahkan nomor telepon. Hal ini jelas sangat berbahaya.
Selain itu, terdapat pula kolom data rehab putusan, rehab putusan sidang, jenis pelanggaran, rehab keterangan, ID propam, hingga tanggal hukuman selesai dalam data yang dibocorkan oleh hacker tersebut.
Pratama menduga bahwa kemungkinan data yang bocor ini merupakan data dari pelanggaran yang dilakukan oleh personel Polri.
Kemungkinan besar serangan ini sebagai salah satu bentuk hacktivist, sambil mencari reputasi di komunitasnya dan masyarakat, ataupun untuk melakukan perkenalan tim hackingnya.
Dibobol Hacker Brasil
Akun Twitter @son1x666 mengeklaim dirinya sebagai bagian dari tim hacker theMx0nday. Ini merupakan kelompok hacker asal Brasil yang sebelumnya meretas dan melakukan deface pada situs BSSN pada beberapa pekan lalu.
Dalam keterangan di file data dump yang dia sebar, hacker menyebut bahwa tindakannya didasari oleh ketidaksukaannya pada pemerintah Indonesia terkait perlakuan kepada masyarakat. Ia menyebut bahwa bocoran data ini dimaksudkan untuk “membantu” masyarakat.
Saya melakukan ini karena saya tidak mendukung pemerintah dan bagaimana mereka memperlakukan rakyat mereka sendiri, banyak orang Indonesia telah menghubungi saya berbicara tentang situasi kehidupan mereka di Indonesia,” kata hacker.
“Jadi saya mengidentifikasi diri saya dengan mereka, dan memutuskan untuk membantu dengan apa pun yang saya bisa, jadi inilah alasan saya melakukan kebocoran ini.”
Merespon soal dugaan pembobolan data 28 ribu personel Polri, Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono mengatakan pihaknya mengecek kebocoran ini. (kumparan, antara)