Moskow Adili 19 Tersangka Serangan Gedung Konser Tewaskan 149 Orang, 600 Luka

Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim, tanpa memberikan bukti, bahwa Ukraina terlibat dalam serangan tersebut, sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh Kyiv.


Moskow, Suarathailand- Sidang telah dimulai untuk 19 terdakwa yang dituduh terlibat dalam serangan penembakan tahun 2024 di gedung konser Moskow yang menewaskan 149 orang, dan melukai lebih dari 600 orang, dalam salah satu serangan paling mematikan di ibu kota sejak era perang Rusia-Chechnya pada tahun 1990-an dan 2000-an.

Para tersangka yang hadir di pengadilan pada hari Senin, di bawah pengamanan ketat, menundukkan kepala saat mereka duduk di dalam sel tahanan terdakwa.

Afiliasi ISIS mengaku bertanggung jawab atas pembantaian 22 Maret 2024 di gedung konser Crocus City Hall di mana empat pria bersenjata menembak orang-orang yang sedang menunggu pertunjukan band rock dan kemudian membakar gedung tersebut. Cabang ISIS di Afghanistan – juga dikenal sebagai ISKP (ISIS-K) – mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Presiden Vladimir Putin dan pejabat Rusia lainnya telah mengklaim, tanpa memberikan bukti apa pun, bahwa Ukraina terlibat dalam serangan tersebut, sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh Kyiv.

Komite Investigasi, badan investigasi kriminal tertinggi Rusia, menyimpulkan pada bulan Juni bahwa serangan itu telah "direncanakan dan dilaksanakan demi kepentingan kepemimpinan Ukraina saat ini untuk mengacaukan situasi politik di negara kami". Komite tersebut juga menyatakan bahwa keempat tersangka bersenjata tersebut mencoba melarikan diri ke Ukraina setelahnya.

Keempatnya, yang semuanya diidentifikasi sebagai warga negara Tajikistan, ditangkap beberapa jam setelah serangan dan kemudian muncul di pengadilan Moskow dengan tanda-tanda telah dipukuli.

Komite tersebut mengatakan awal tahun ini bahwa enam tersangka lainnya didakwa secara in absentia dan dimasukkan ke dalam daftar pencarian orang Rusia karena diduga merekrut dan mengatur pelatihan keempatnya. Terdakwa lain dalam persidangan tersebut dituduh membantu mereka.

Pada tahun 2002, sekitar 40 pemberontak dari Chechnya menyerbu Teater Dubrovka di Moskow dan menyandera sekitar 800 orang sambil menuntut diakhirinya perang Putin di republik selatan yang separatis tersebut.

Putin menolak bernegosiasi dengan para pejuang, dan kebuntuan tersebut berakhir dengan kematian massal beberapa hari kemudian ketika dinas khusus Rusia memompa gas beracun ke dalam gedung untuk melumpuhkan para penyandera sebelum menyerbunya. Sebagian besar dari 129 sandera yang tewas terbunuh oleh gas tersebut.

Share: