Malaysia akan Terus Koordinasikan Upaya Gencatan Senjata Thailand dan Kamboja

Malaysia akan terus memainkan peran koordinasinya dalam upaya gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja, tanpa memerlukan intervensi ASEAN skala penuh.


Kuala Lumpur, Suarathailand- Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan ia telah bertemu dengan Menteri Pertahanan Thailand dan Kamboja untuk membahas detail protokol yang harus dipatuhi di perbatasan yang disengketakan.

"Syukurlah, hingga saat ini, kedua negara telah menyatakan keinginan mereka agar Malaysia terus memainkan peran koordinasi.

"Mereka telah berkomitmen untuk menegakkan persyaratan yang diperlukan guna memastikan gencatan senjata sepenuhnya dihormati.

"Sehubungan dengan hal ini, Malaysia akan melanjutkan perannya dalam memfasilitasi proses tersebut," kata Anwar setelah menghadiri Dewan Konsultasi Anggaran 2026 di Kementerian Keuangan, Kamis (7 Agustus).

"Saat ini, kami tidak melihat perlunya intervensi penuh ASEAN.

"Kedua belah pihak mendukung inisiatif ini, dan cukup bagi Malaysia untuk memfasilitasi kerja sama antara Thailand dan Kamboja," ujarnya.

Amerika Serikat dan Tiongkok tidak akan terlibat dalam pemantauan wilayah perbatasan yang disengketakan, tambahnya.

"Namun, mereka telah menawarkan kerja sama penuh dalam hal bantuan logistik atau dukungan jika diperlukan," kata Anwar.

Ketika diminta untuk mengungkapkan tantangan yang dihadapi untuk mencapai konsensus, Anwar mengatakan bahwa saat ini, kedua belah pihak telah sepakat untuk gencatan senjata.

"Ini erupakan tonggak penting.

"Penting untuk menyadari bahwa masalah perbatasan antara kedua negara telah berlangsung selama ratusan tahun.

"Meskipun terdapat beberapa perbedaan pendapat, hal itu seharusnya tidak mengarah pada konflik," ujarnya.

The Nation melaporkan Thailand dan Kamboja sepakat untuk menerapkan gencatan senjata efektif mulai tengah malam tanggal 28 Juli melalui pertemuan khusus di Malaysia yang diketuai oleh Anwar, yang mempertemukan kedua negara tetangga Asia Tenggara tersebut ke meja perundingan menyusul meningkatnya ketegangan.

Ketegangan antara kedua negara mencapai puncaknya pada tanggal 28 Mei ketika pertempuran pecah di wilayah Preah Vihear yang disengketakan, yang mengakibatkan tewasnya seorang tentara Kamboja. 

Share: