Pembunuhan hampir 66.000 warga Palestina di Gaza oleh Israel, yang mayoritas perempuan dan anak-anak, akan dikenang selama beberapa generasi.
Putrajaya, Suarathailand- Aljazeera melaporkan Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan Israel 'tidak belajar apa pun' dari pengalaman genosida Nazi Jerman
Mahathir meramalkan bahwa kekejaman Israel terhadap penduduk Palestina di Gaza akan tercatat dalam sejarah dunia.
Pembunuhan hampir 66.000 warga Palestina di Gaza oleh Israel, yang mayoritas perempuan dan anak-anak, akan dikenang selama beberapa generasi, bahkan mungkin "berabad-abad", kata Mahathir.
"Gaza itu mengerikan. Mereka membunuh ibu hamil... bayi yang baru lahir, remaja, anak laki-laki dan perempuan, pria dan wanita, orang sakit dan miskin... Bagaimana ini bisa dilupakan?" tanyanya.
"Mungkin tidak akan terlupakan selama berabad-abad," kata Mahathir.
Menyebut perang di Gaza sebagai genosida yang serupa dengan pembunuhan Muslim selama perang di Bosnia pada awal 1990-an dan Yahudi oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia II, Mahathir mengatakan ia bingung bahwa orang-orang Israel, yang telah mengalami genosida, pada gilirannya dapat melakukan genosida.
"Saya pikir orang-orang yang menderita seperti itu tidak ingin menimpakan hal yang sama kepada orang lain," ujarnya. Korban genosida seharusnya "tidak ingin nasib mereka menimpa orang lain".
Di puncak kekuasaannya pada tahun 1980-an dan 1990-an, Mahathir mendapatkan reputasi di panggung dunia sebagai sosok yang vokal menyuarakan kepentingan negara-negara Selatan, dan seorang kritikus vokal terhadap imperialisme Barat dan eksploitasi kontemporernya terhadap negara-negara berkembang melalui aliran modal finansial.
Sebagai pendukung setia dan seumur hidup perjuangan Palestina, Mahathir juga dikritik habis-habisan karena melontarkan pernyataan "anti-Semit" di samping cercaannya terhadap Barat, khususnya Amerika Serikat.
Namun, seperti yang ia katakan kepada Al Jazeera, ia sangat bersimpati kepada orang-orang Yahudi ketika kengerian Nazi terungkap setelah Perang Dunia II.
Orang Israel, katanya sekarang, "tidak belajar apa pun dari pengalaman mereka".
"Mereka menginginkan hal yang sama seperti yang terjadi pada mereka, mereka ingin melakukannya kepada orang-orang Arab," ujarnya.




