Pemimpin Tiongkok Berunding dengan Raja Yang Mulia
Beijing, Suarathailand- Presiden Tiongkok Xi Jinping telah menjanjikan hubungan yang lebih erat dengan Thailand dalam pembicaraan dengan raja Thailand pertama yang berkuasa yang mengunjungi Tiongkok sejak hubungan diplomatik terjalin 50 tahun lalu.

Yang Mulia Raja Maha Vajiralongkorn Phra Vajiraklaochaoyuhua, yang jarang melakukan kunjungan kenegaraan ke luar negeri sejak naik takhta sembilan tahun lalu, berada di Beijing bersama Yang Mulia Ratu Suthida Bajrasudhabimalalakshana untuk kunjungan resmi pertamanya ke Tiongkok hingga Senin.
Menyebut kedua negara sebagai "keluarga", Xi mengatakan kepada pasangan kerajaan tersebut bahwa Tiongkok akan "memperkuat keselarasan strategis" dengan Thailand, menurut stasiun televisi pemerintah CCTV.
Ia mengatakan kerja sama akan diperluas pada jalur kereta api Tiongkok-Thailand serta di sektor-sektor yang sedang berkembang, termasuk kecerdasan buatan, kedirgantaraan, dan ekonomi digital.
"Pilihan Yang Mulia Raja Maha Vajiralongkorn Phra Vajiraklaochaoyuhua atas Tiongkok sebagai tujuan utama pertamanya untuk kunjungan kenegaraan sepenuhnya menunjukkan betapa pentingnya hubungan Tiongkok-Thailand bagi beliau," ujar Xi, menurut CCTV.
Thailand adalah sekutu utama Amerika Serikat selama Perang Dingin, tetapi Tiongkok kini menjadi mitra dagang terbesar kerajaan tersebut, dan hubungan antara Bangkok dan Beijing telah menghangat dalam beberapa tahun terakhir.
Kedua negara baru-baru ini meningkatkan kerja sama dalam memberantas penipuan telekomunikasi dan geng perjudian ilegal yang beroperasi di wilayah perbatasan, khususnya di Myanmar, yang seringkali menyasar warga negara Tiongkok.
Pada hari Rabu, Thailand mengekstradisi warga negara Tiongkok, She Zhijiang, yang diduga terkait dengan pusat penipuan besar di Myanmar. Ia telah ditahan di Thailand sejak tahun 2022.
Tiongkok juga mendorong gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja, sekutu dekat Beijing, setelah bentrokan mematikan di perbatasan awal tahun ini. Gencatan senjata tersebut masih rapuh, dengan Thailand pada hari Senin menunda pelaksanaannya setelah mengklaim ledakan ranjau darat yang baru dipasang melukai empat tentaranya. AFP




