Indonesia menguji coba sistem Koridor Tanpa Batas di dua bandara yang memungkinkan pengenalan wajah biometrik untuk kontrol perbatasan yang lebih cepat dan efisien.
Jakarta, Suarathailand- Untuk pertama kalinya di dunia, Indonesia telah meluncurkan proses imigrasi yang inovatif dengan sistem Koridor Tanpa Batas, diperkenalkan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Jakarta) dan Bandara Internasional Juanda (Surabaya) pada 30 Oktober 2025.

Sistem yang dikembangkan oleh Amadeus bekerja sama dengan Vision-Box ini bertujuan menghilangkan antrean panjang dan pemeriksaan paspor manual di imigrasi, sehingga memberikan pengalaman yang lebih cepat dan mudah bagi para pelancong.
Dengan teknologi pemindaian biometrik, sistem ini menangkap fitur wajah penumpang saat mereka berjalan di bandara, secara otomatis mencocokkan wajah mereka dengan foto di paspor mereka untuk identifikasi yang akurat. Ini menandai sistem pertama di dunia yang dapat mengautentikasi pelancong tanpa mengharuskan mereka berhenti, mengantre, atau melewati gerbang imigrasi tradisional.
Meskipun teknologi biometrik bukanlah hal baru, ini adalah pertama kalinya teknologi ini diimplementasikan untuk mengotomatiskan kontrol perbatasan secara mulus saat penumpang berjalan, menjadikannya langkah perintis dalam efisiensi bandara.
Sistem ini pertama kali dipamerkan di Dubai Airshow 2023 dan diperkirakan akan diluncurkan sepenuhnya di seluruh bandara di Indonesia dalam beberapa bulan mendatang, dimulai dengan penumpang lansia dan disabilitas pada tahap awal.

Proses perjalanan yang lebih efisien
Sebelum bepergian, penumpang diwajibkan untuk mengirimkan data diri mereka melalui aplikasi All Indonesia, yang menyediakan informasi imigrasi, bea cukai, kesehatan, dan karantina. Sistem ini meninjau dan menyetujui informasi tersebut sebelum keberangkatan, memastikan bahwa setelah kedatangan, penumpang tidak perlu lagi melewati pemeriksaan paspor — secara signifikan mengurangi stres bagi para pelancong.
Sistem inovatif ini bukanlah hal baru di Indonesia, karena sebelumnya telah digunakan untuk menyederhanakan proses imigrasi bagi jemaah haji yang bepergian antara Indonesia dan Arab Saudi, dengan kapasitas maksimal hingga 30 penumpang per menit.
Menurut laporan Amadeus tahun 2025 yang mensurvei 9.500 wisatawan global, 90% menyatakan kekhawatiran tentang berbagai tahapan perjalanan, dengan keamanan bandara menjadi salah satu kekhawatiran terbesar bagi banyak orang.
Namun, penerimaan teknologi biometrik untuk pemeriksaan keamanan bervariasi di setiap negara. Misalnya, 88% wisatawan Tiongkok menganggapnya aman, sementara hanya 54% wisatawan Prancis yang setuju.




