Salah satu daya tarik utama GEM adalah koleksi harta karun yang sangat banyak dari makam Tutankhamun.
Kairo, Suarathailand- Kairo menyaksikan pertemuan luar biasa para pemimpin, keluarga kerajaan, dan pejabat tinggi pada 1 November, dalam rangka pembukaan Museum Agung Mesir (GEM), sebuah institusi monumental baru yang terletak di dekat Piramida.

Acara ini menandai puncak dari perjalanan pembangunan selama 20 tahun, yang terhambat oleh berbagai tantangan seperti pemberontakan Musim Semi Arab, pandemi global, dan konflik regional.
Perdana Menteri Mostafa Madbouly mengungkapkan kebanggaannya atas penyelesaian museum tersebut, menyebutnya sebagai "hadiah dari Mesir untuk seluruh dunia," yang menyoroti sejarah kuno negara tersebut yang mencakup lebih dari 7.000 tahun.
Acara yang menarik perhatian penonton termasuk Presiden Abdel Fattah al-Sisi, menampilkan pertunjukan memukau dengan penari bertema firaun dan tampilan visual yang spektakuler.
Sebuah orkestra internasional tampil di bawah langit yang diterangi oleh laser, kembang api, dan hieroglif yang bergerak, mempersiapkan panggung untuk pembukaan era baru dalam warisan budaya Mesir.

Sisi menyatakan bahwa museum ini mewakili "babak baru" bagi Mesir, baik di masa kini maupun masa depannya. Peresmiannya dihadiri oleh banyak pejabat internasional, termasuk Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, Perdana Menteri Belanda Dick Schoof, dan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban.

Salah satu daya tarik utama GEM adalah koleksi harta karun yang sangat banyak dari makam Tutankhamun, yang ditemukan pada tahun 1922. Koleksi ini mencakup benda-benda ikonik seperti topeng pemakaman emas sang raja muda, singgasananya, sarkofagus, dan ribuan artefak lainnya.
Aula masuk museum yang megah juga dihiasi oleh patung Ramses II yang sangat besar, yang sebelumnya dipajang di pusat kota Kairo selama beberapa dekade.
Desain modern museum yang baru ini, yang mengingatkan pada Piramida, sangat kontras dengan Museum Mesir yang lebih tua, yang dibuka lebih dari seabad yang lalu di Lapangan Tahrir Kairo.

Museum tua ini telah menghadapi kritik selama bertahun-tahun, termasuk serangkaian musibah, seperti penjarahan selama pemberontakan tahun 2011 dan kerusakan pada topeng pemakaman Tutankhamun pada tahun 2014. Restorasi benda-benda ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemampuan Mesir untuk melestarikan harta karun kunonya.
Para pejabat berharap GEM akan mengubah persepsi tentang pengelolaan warisan budaya negara, sekaligus memperkuat argumen Mesir untuk repatriasi barang-barang antik yang disimpan di museum-museum asing.

GEM, dengan banderol harga $1 miliar, yang sebagian didanai oleh pinjaman pembangunan Jepang, dirancang oleh Heneghan Peng Architects dan membentang seluas 120 hektar—kira-kira sama luasnya dengan Kota Vatikan.
Proyek besar ini juga diharapkan dapat membantu menghidupkan kembali sektor pariwisata Mesir, sumber utama devisa negara, yang telah terpukul keras oleh ketidakstabilan politik dan tantangan ekonomi selama bertahun-tahun.
Meskipun beberapa galeri dibuka pada akhir tahun 2024, pengalaman museum lengkap sekarang dapat diakses oleh publik, menandai dimulainya babak baru dalam warisan budaya Mesir yang kaya.




