Dua Jurnalis Kamboja Ditangkap Atas Tuduhan Makar Foto Ranjau Darat

Foto tersebut dengan jelas menunjukkan penggunaan ranjau darat mematikan oleh pasukan Kamboja selama konflik perbatasan.


Kamboja, Suarathailand- Dua jurnalis Kamboja, Porn Sopheap dan Pheap Pheara, dari TSP 68 Online, ditangkap pada akhir Juli dan didakwa atas makar setelah mengunggah foto-foto terkait konflik perbatasan Thailand-Kamboja.

Menurut laporan dari Liga Kamboja untuk Pemajuan dan Pembelaan Hak Asasi Manusia (LICADHO), kedua jurnalis tersebut dituduh "memberikan informasi yang merugikan pertahanan nasional kepada negara asing" berdasarkan Pasal 445, sebuah dakwaan makar dengan ancaman hukuman penjara 7 hingga 15 tahun.

Kedua jurnalis tersebut ditangkap pada 31 Juli setelah kembali dari perjalanan liputan di Oddar Meanchey, yang terletak di dekat perbatasan Thailand. Mereka kemudian didakwa oleh pengadilan Siem Reap dan saat ini berada dalam tahanan pra-persidangan di penjara Siem Reap.

Kasus mereka telah menarik perhatian besar setelah istri Pheara, Om Sarath, mengunggah video permintaan maaf yang meminta intervensi dari para pemimpin Kamboja, termasuk Presiden Senat Hun Sen dan Perdana Menteri Hun Manet.

Dalam video tersebut, Om Sarath menyampaikan penyesalan atas nama suaminya, meminta maaf karena telah mengambil dan membagikan foto tersebut di area militer terlarang. Ia memohon pembebasan suaminya, menekankan bahwa ia tidak memiliki niat jahat, dan meminta maaf kepada rakyat Kamboja.

Foto yang dimaksud menunjukkan kedua jurnalis tersebut bersama beberapa tentara Kamboja di depan Kuil Ta Kwai, yang diduga diambil setelah gencatan senjata 28 Juli. Media Thailand menafsirkan foto tersebut menunjukkan ranjau darat yang belum dipasang di latar belakang.

Mayor Jenderal Winthai Suvaree, juru bicara Angkatan Darat Kerajaan Thailand, mengomentari insiden tersebut, menyatakan bahwa foto tersebut dengan jelas menunjukkan penggunaan ranjau darat mematikan oleh pasukan Kamboja selama konflik perbatasan.

Meskipun mengakui bahwa foto tersebut mungkin telah dibagikan secara tidak sengaja oleh para jurnalis, ia berpendapat bahwa foto tersebut merupakan bukti yang tak terbantahkan dari situasi tersebut.

Tentara Kerajaan Thailand juga mengkritik Kamboja atas penuntutan para jurnalis tersebut, dengan mengklaim bahwa tuduhan tersebut merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk menekan kebebasan pers dan menyembunyikan informasi penting.

Winthai menekankan pentingnya transparansi dan peran media dalam menyajikan informasi faktual, serta menyerukan kerja sama berkelanjutan antara Thailand dan Kamboja sejalan dengan perjanjian Komite Perbatasan Umum (GBC) pada 7 Agustus untuk memastikan gencatan senjata dan perdamaian berkelanjutan antara kedua negara.

Share: