Imam al-Zaqawi dan al-Ajlouni berpendapat cinta tanah air merupakan sesuatu yang dipraktikkan oleh Rasulullah dan para sahabat.
Suarathailand- Cinta Terhadap Negara Sebagian dari Iman. Meskipun kalimat ini tidak ada hubungannya dengan syariat atau ibadah, kalimat ini merupakan hikmah yang berasal dari pepatah Arab: حب الوطن من اليمان. Artinya, patriotisme atau cinta terhadap tanah air adalah sebagian dari iman.
Karena cinta tanah air merupakan pelita kedamaian, jaminan kedamaian dan ketenteraman hidup, dengan memperkuat fondasinya dari tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Saw.
Sebaliknya, bangsa yang gemar menciptakan konflik, menyulut kekerasan, dan menimbulkan kerusakan, berarti bangsa tersebut telah mengingkari prinsip-prinsip agama, baik perintah maupun larangan Allah. Hal ini akan membawa bahaya dan malapetaka besar bagi diri mereka dan bangsanya. Sebagaimana yang terjadi pada generasi-generasi sebelumnya yang telah dibinasakan Allah, seperti kaum 'Ad dan Samud.
Sebagaimana yang dicatat dalam Al-Qur'an, "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi," mereka menjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan."
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya." (QS Albaqarah)
Imam Ibnu Hayar al-Asqalani, ulama yang menafsirkan kitab Sahih Bukhari dalam kitabnya, Fath al-Bari, berkata: Meskipun kalimat ini (Cinta tanah air sebagian dari iman) tidak ada sumbernya dalam hadits, namun maknanya sahih, karena Rasulullah Saw mengamalkannya ketika beliau masih hidup.
Imam al-Zaqawi dan al-Ajlouni juga berpendapat serupa, meskipun sumber kalimat ini tidak ditemukan dalam hadis mana pun, namun cinta tanah air merupakan sesuatu yang dipraktikkan oleh Rasulullah dan para sahabat.
Rasulullah Saw pernah berdoa: "Ya Allah, jadikanlah aku mencintai Madinah sebagaimana aku mencintai Mekah, atau bahkan lebih dari cintaku kepada Mekah." (HR. Bukhari)
Dan masih banyak lagi teks dan dalil lain yang menunjukkan Islam sangat mementingkan patriotisme, seperti hadis dari Ibnu Abbas ketika Rasulullah Saw diperintahkan untuk hijrah dari Mekah ke Madinah. Ia meninggalkan Mekah, dan saat itu Rasulullah Saw menoleh ke Mekah dan berkata, “Sungguh baik engkau, wahai Mekah. Dan betapa aku mencintaimu. Seandainya kaumku tidak mengusirku darimu, aku tidak akan tinggal di mana pun selain di dalammu.” (HR. At-Tirmidzi)
Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa hadis ini hanya berfokus pada keutamaan dan keistimewaan Mekkah dan Madinah, yang tidak berkaitan dengan upaya peningkatan patriotisme. Sebagian besar ulama Mu'tabahr berpendapat bahwa qiyas hendaknya ditujukan kepada tempat-tempat lain yang merupakan tanah air masing-masing.
Semoga Allah memberkahi kita karena kita dilahirkan sebagai orang Indonesia atau Thailand, memegang kewarganegaraan Indonesia atau Thailand di tanah Indonesia atau Thailand. Terlepas dari latar belakang etnis, kita semua memiliki seorang Presiden (dalam konteks Indonesia) dan Raja (dalam konteks Thailand) yang merawat kita dan memberikan kasih sayang serta perhatian kepada rakyatnya dari berbagai ras dan agama.
Memiliki bangsa dan tanah air memberi kita status sebagai warga negara yang tinggal di negara tersebut. Allah telah memberi kita kemampuan untuk hidup sebagai hamba-Nya, menjalankan agama kita dengan bebas, berkarier, berkesempatan untuk berkelana menuntut ilmu dan mempelajari agama di berbagai negeri di dunia.
Kita mengemban berbagai misi, baik misi kepada Allah maupun misi kepada umat manusia, agar kita tetap teguh dan menjaga iman dan takwa.
Oleh karena itu, patriotisme perlu dan harus menunjukkan kecintaan kita kepada bangsa dan tanah air. Menjunjung tinggi dan melindungi seluruh wilayah darat, laut, dan udara untuk menjaga perdamaian dan keselamatan dari segala bentuk ancaman dan terorisme.