Kebakaran dahsyat yang masih berkobar di sebuah kompleks apartemen di Hong Kong telah merenggut setidaknya 44 nyawa, dengan hampir 300 orang masih hilang.
Hong Kong, Suarathailand- Kebakaran yang terjadi pada Rabu sore diperkirakan menyebar akibat perancah yang tidak aman dan material busa yang digunakan selama pekerjaan pemeliharaan yang sedang berlangsung, lapor pihak berwenang pada Kamis.

Petugas pemadam kebakaran bekerja sepanjang malam untuk menyelamatkan warga yang berpotensi terjebak di lantai atas kompleks perumahan Wang Fuk Court di distrik Tai Po. Namun, panas yang menyengat dan asap tebal menyulitkan akses ke area tertentu.
Kompleks tersebut, yang terdiri dari 2.000 apartemen di delapan blok, telah menjadi lokasi kerusakan ekstrem. Hingga Kamis dini hari, petugas pemadam kebakaran telah berhasil mengendalikan api di empat blok, sementara operasi pemadaman berlanjut di tiga blok lainnya setelah lebih dari 15 jam.
Meskipun telah berupaya keras, rekaman dari lokasi kejadian menunjukkan api masih menghanguskan setidaknya dua dari 32 menara, dengan asap tebal mengepul dari beberapa menara lainnya.
Polisi mengungkapkan bahwa beberapa bangunan telah ditutup dengan jaring plastik dan lembaran pelindung yang mungkin tidak memenuhi standar keselamatan kebakaran. Selain itu, mereka menemukan bahwa jendela di salah satu bangunan yang tidak terdampak telah disegel dengan bahan busa sebagai bagian dari pemeliharaan, sebuah tindakan yang kini sedang diselidiki.

Eileen Chung, seorang kepala kepolisian Hong Kong, mengindikasikan bahwa perusahaan konstruksi yang bertanggung jawab atas material dan metode tersebut mungkin sangat lalai, sehingga memperburuk bencana. Tiga orang dari perusahaan tersebut—dua direktur dan seorang konsultan teknik—telah ditangkap atas dugaan pembunuhan.
Skala kebakaran dan korban jiwa yang ditimbulkannya kini dianggap sebagai yang paling mematikan di Hong Kong sejak Perang Dunia II, melampaui 41 korban jiwa dalam kebakaran gedung komersial tahun 1996. Tragedi ini juga mengundang perbandingan dengan kebakaran Grenfell Tower di London pada tahun 2017, yang juga disebabkan oleh pelapis dinding yang mudah terbakar dan kegagalan sistemik.
Kepala Eksekutif Hong Kong, John Lee, menyatakan bahwa prioritasnya adalah memadamkan api, menyelamatkan penghuni yang terjebak, dan memberikan pertolongan kepada yang terluka. Ia juga mengonfirmasi bahwa penyelidikan menyeluruh atas penyebab kebakaran akan segera dilakukan. Hingga Kamis, sekitar 279 orang masih hilang, dan lebih dari 900 orang diungsikan di delapan pusat evakuasi.
Seorang penghuni yang emosional, Wong, 71 tahun, dengan berlinang air mata menceritakan bagaimana istrinya masih terjebak di dalam gedung. Sementara itu, yang lain, seperti Harry Cheung, penghuni lama Blok Dua, menceritakan kengerian dan kebingungan yang dirasakan saat kebakaran terjadi. Konsulat Filipina di Hong Kong juga telah mengonfirmasi bahwa mereka sedang menyelidiki laporan tentang kemungkinan terjebaknya para pekerja rumah tangga Filipina di kompleks tersebut.
Presiden Tiongkok Xi Jinping telah menyerukan "upaya habis-habisan" untuk memadamkan api dan mengurangi korban jiwa. Seruannya untuk tindakan segera disiarkan di media pemerintah Tiongkok sementara petugas pemadam kebakaran terus berjuang memadamkan api.

Peristiwa tragis ini terjadi di tengah kerusuhan sosial yang berkepanjangan di Hong Kong akibat harga properti yang meroket. Kebakaran ini semakin memicu ketidakpuasan publik, terutama menjelang pemilihan legislatif kota yang dijadwalkan pada bulan Desember.
Perancah bambu, yang secara tradisional digunakan di sektor konstruksi Hong Kong, kini sedang diawasi ketat setelah kebakaran tersebut. Meskipun bahaya kebakaran tidak disebutkan sebagai alasan utama penghentiannya, pemerintah mulai mengganti perancah bambu dengan rangka logam awal tahun ini, dengan alasan masalah keselamatan setelah serangkaian kematian yang melibatkan tukang perancah bambu.
Wang Fuk Court, sebuah kompleks perumahan bersubsidi, telah direnovasi selama setahun dengan biaya sekitar HK$330 juta (US$42,43 juta). Namun, para penghuninya, yang banyak di antaranya telah bertahun-tahun berkontribusi dalam proyek renovasi ini, kini menghadapi konsekuensi memilukan dari sebuah tragedi yang telah merenggut nyawa, rumah, dan rasa aman mereka.
Seiring perkembangan situasi, tragedi ini telah memicu diskusi kritis tentang keselamatan bangunan, penegakan peraturan, dan keamanan material yang digunakan dalam konstruksi di seluruh Hong Kong.




